Matahari sekarang tepat berada diatas kepala.
Terik sinarnya cukup membuat beberapa orang yang tengah menunggu bus di halte konvensional dekat Bundaran HI langsung memilih berdesak-desakkan agar dapat berdiri dibawah kanopi sambil memasang kipas angin mini didepan wajah. Beberapa yang tidak kebagian hanya bisa pasrah. Menunggu bus datang dengan mata menyipit silau.
Lain lagi dengan Keara.
Alih-alih menepi untuk mencari tempat yang terhalang sinar matahari, gadis itu malah lari-larian dengan peluh mengucur membasahi bagian kerah hingga punggung bajunya. Beberapa orang tampak melihatnya dengan aneh, namun beberapa juga merasa masa bodoh. Keara-pun begitu, merasa bodo amat karena target yang tengah dikejarnya enggan menyerah meski sudah jatuh tersandung berulang-ulang.
Gadis itu baru berhenti ketika berhasil menangkap seorang pemuda dengan hoodie hitam kebesaran yang sedari tadi dia kejar. Tangannya cekatan menarik sebuah dompet keluar dari saku depan baju, lantas menunjukkannya tepat didepan wajah si pemuda yang kini tengah melotot dengan kedua tangan terkunci dibelakang punggung.
"Lepasin gue!!"
"Mencuri itu nggak baik." Katanya dengan napas masih satu-satu.
"Anjing!"
Keara menghembuskan napas panjang, "Kamu kalau ngomong sama yang lebih tua harus yang sopan. Saya ini udah dua puluh dua tahun lho. Jelas lebih tua beberapa tahun dari kamu." Balasnya dengan tenang.
Siang ini, secara kebetulan Keara melihat adegan pencopetan kelas teri yang terjadi didekat halte. Pelakunya seorang anak laki-laki dengan hoodie hitam lusuh yang kalau dikira-kira, tingginya hanya sebahu-nya. Keara bisa menduga kalau anak itu pasti masih berusia belasan dan melakukan tindak pencurian bukan atas dasar perencanaan. Anak itu hanya sendiri. Tidak berkawan apalagi punya komplotan. Sekarangpun saat tertangkap, Keara bisa melihat mata bocah itu berkaca-kaca.
Astaga, baru begini saja anak itu kelihatan takut sekali. Apalagi jika Keara menunjukkan tanda pengenalnya?
"Lepasin gue!!"
Lagi-lagi anak itu berteriak sambil sedikit memberontak. Keara sengaja mengajaknya menepi ketempat yang agak sepi tanpa mengendurkan cengkramannya. Keara berani bertaruh, kalau anak itu tahu jika perempuan muda yang kini tengah menangkapnya adalah seorang anggota kepolisian, dia pasti tidak akan berani berteriak seperti tadi.
"Janji dulu," Bukanya dengan nada tegas, "Kamu nggak akan ngulangin lagi perbuatan nggak terpuji kayak gini. Nggak akan mencuri, maupun mengambil hak orang lain tanpa izin."
"Bacot!"
"Oh, atau kamu mau saya giring ke kantor polisi terdekat?"
Wajah anak itu langsung pias. Matanya makin bergetar, begitu pula dengan suaranya, "N-nggak."
YOU ARE READING
Us ㅡBBH
Fiksi PenggemarMengenai sebuah hubungan yang dibentangkan oleh perbedaan. Antara aku dan kamu . . . Dapatkah berubah menjadi kita? ⛓Warn: •Crime-Action •Non-baku •Some harsh words, slightly mature •Including a lot of crime scene and action Cover picture by me @wa...