⛓20. Nadir (Keara's side)

89 23 42
                                    

Keara bukan perempuan yang abai soal penampilan, tapi juga bukan tipikal yang terlalu perduli hingga semua hal yang dipakainya jadi terasa berlebihan juga ribet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keara bukan perempuan yang abai soal penampilan, tapi juga bukan tipikal yang terlalu perduli hingga semua hal yang dipakainya jadi terasa berlebihan juga ribet. Dia berada di tengah-tengah antara kata kasual dan rapi. Namun beberapa hari belakangan, perempuan itu akan membiarkan rambutnya tercepol asal atau tergerai kusut setiap berangkat bekerja. Wajahnya terbingkai kacamata guna menyamarkan eksistensi kantong hitam di bawah matanya ㅡmeski itu tidak bergunaㅡ, serta pakaiannya jadi sering tabrak warna ㅡwalau tidak buruk karena kebanyakan pakaian Keara adalah monochrome.

Zevara serta Rayhandi sebagai orang yang paling lama dekat dengannya di divisi satu sampai dibuat kebingungan. Ada apa gerangan dengan kawannya itu hingga berubah tidak karuan begini. Namun keduanya tak pernah lagi mengajukan tanya setelah sebelum-sebelumnya Keara selalu menjawab bahwa segalanya baik-baik saja. Membuat keduanya merasa lelah dan lantas membiarkannya sampai perempuan itu sekiranya ingin bercerita tanpa perlu dipaksa.

Udara siang Jakarta memang tidak pernah ramah untuk paru-paru, namun bagi Keara yang sedang dirundung muram akibat peristiwa beberapa hari lalu, jelas menghirup udara di luar ruangan yang penuh debu akan jelas lebih membantu ketimbang tetap duduk di kursi kerjanya sambil mendengarkan hasil perkembangan identifikasi kasus demi kasus yang melilit divisinya.

Keara menghela nafas panjang. Ingatannya terus berputar pada malam dimana akhirnya dia berjumpa dengan kenyataan. Setelah kepergian lelaki itu, juga setelah kedatangan Stefan ke tempat kejadian perkara, dia ingat dia menangis dengan keras dalam pelukan Stefan. Sementara atasannya itu terus berusaha menenangkannya, Keara sendiri justru dibuat bingung dengan alasannya menangis. Apakah rasa sesak yang dia rasakan kala itu adalah ketakutan belaka, atau justru perasaan tidak siap mengetahui identitas Ben sebenarnya?

Apapun itu, yang pasti, malam itu hingga hari ini Keara memutuskan untuk bungkam. Berpura-pura bodoh dengan terus mengatakan jika penemuan mayat perempuan malam itu hanyalah sebuah ketidak sengajaan.

"Yakin deh sebentar lagi itu jus alpukat bakal berubah jadi tornado."

Keara terkesiap sambil mengamati Rehan yang baru selesai berkomentar dan jus alpukat yang kini masih utuh dihadapannya bergantian. Tangannya yang semula menggenggam sedotan segera dia lepaskan dengan tawa sumbang.

"Garing lo." Balasnya sembari menyenderkan punggungnya pada bahu kursi.

Siang ini kantor sibuk seperti biasa, namun tentu saja, diantara kesibukan tadi pasti tetap ada waktu dimana karyawan-karyawati bisa leluasa ngopi dan makan siang di kafe yang terletak di rooftop kantor bila sedang penat seperti sekarang.

Keara, Zevara, serta Rayhandi adalah salah tiganya.

"Ya abisnya diaduk-aduk mulu." Rehan kembali menjawab sebal.

"Lagi nggak nafsu."

"Kenapa sih lo? Lagi diet?" Jeje segera menyambar. Menunjuk pada jus pesanan Keara, lalu membandingkannya dengan nasi goreng miliknya serta ayam bakar milik Rehan yang tinggal tersisa setengah.

Us ㅡBBHWhere stories live. Discover now