Keara Grishalesha tahu, mungkin perbuatannya sekarang tidak cukup pantas untuk dilakukan mengingat ketika sebagian besar orang dalam divisinya tengah berusaha mengusut sebuah kasus pembunuhan, dirinya malah mengajak pergi seorang lelaki untuk nonton film bersama. Namun percayalah, andai Ben tidak terikat dengan kasus yang tengah Keara selidiki ㅡsecara diam-diamㅡ mungkin perempuan itu tidak akan mau meluangkan waktu seperti sekarang dan malah duduk dibelakang komputer dengan mata sibuk mencari satu persatu bukti.
Ben adalah satu-satunya jalan untuk sampai pada titik terang kasus paling besar yang kini sedang membebani seluruh anggota divisinya, dan Keara harus mendapatkan sesuatu dari lelaki itu.
Apapun.
Bagaimanapun.
Tidak perduli caranya.
Benarkadikara
On my waySetelah membaca sebaris pesan yang dikirimkan oleh si lelaki, Keara memasukkan kembali ponselnya kedalam tas. Untuk berjaga-jaga, gadis itu sengaja mengaktifkan mode pesawat supaya tak ada lagi pesan online yang masuk.
Tekadnya sudah bulat, dan dengan segenap kemantapan hati, langkahnya mulai terajut mendekati sebuah bangunan tiga lantai yang megah dengan tulisan 'Ravandi Rishad & Partners Law Firm' tercetak tebal dan besar menggantung di dekat lobi utama samping sebuah air mancur.
Suara yang dihasilkan dari ujung heels-nya yang beradu dengan lantai menggema serupa genderang perang yang di bunyikan. Dipenuhi optimisme juga rasa takut yang tiba-tiba menyergap. Betulkah apa yang tengah dia lakukan sekarang?
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Ibu?"
Seorang wanita muda yang berdiri di balik meja resepsionis menyapanya dengan ramah. Dan Keara hanya mengangguk sepintas sebelum membalasnya dengan sebuah tanya singkat.
"Siang, bisa saya bertemu dengan Bapak Benjamin?"
"Sebelumnya sudah membuat janji?"
"Belum," Keara membalas lugas, "Tapi saya sudah bilang pada beliau kalau saya akan datang berkunjung siang ini." Bohongnya.
Wanita muda itu masih tersenyum, "Ditunggu sebentar ya, Bu. Biar saya lihat dulu jadwal Pak Benjamin siang ini."
Sebuah gagang telepon kabel sudah menempel di telinga sang resepsionis muda tersebut ketika dengan tiba-tiba Keara memotong obrolan antara wanita muda tadi entah dengan siapa. Tapi begitu telinganya menangkap sebuah nama yang asing, Keara segera bereaksi cepat.
"Maaf, bisa kamu ulang nama lengkap Pak Ben yang kamu sebutkan di telepon tadi?"
"Oh itu, Bapak Benjamin Tetrawinata."
YOU ARE READING
Us ㅡBBH
FanfictionMengenai sebuah hubungan yang dibentangkan oleh perbedaan. Antara aku dan kamu . . . Dapatkah berubah menjadi kita? ⛓Warn: •Crime-Action •Non-baku •Some harsh words, slightly mature •Including a lot of crime scene and action Cover picture by me @wa...