Keara baru sampai pada shelter busway terakhir yang jadi tujuannya ketika bunyi atap yang di hantam hujan rintik-rintik bergema melewati telinganya. Gadis itu menoleh sesaat ke arah langit yang temaram, sebelum menghela nafas panjang. Biasanya hujan rintik-rintik begini akan berlangsung lama, dan sepertinya menunggu di shelter bukan pilihan yang bijak mengingat malam semakin larut dan suasana semakin sunyi.
Langkahnya baru sampai pada undakan terakhir tangga ketika di rasa ponsel dalam saku celananya bergetar panjang. Keara sempat menahan nafas sebentar begitu melihat nama yang tertera di layar. Perempuan itu hanya diam, membiarkan ponselnya kembali diam dan panggilan itu tidak terjawab.
Hatinya memang tidak sepatah hari kemarin, namun juga tidak baik-baik saja seperti sebelumnya.
Keara belum sembuh.
Terakhir kali nama Ben muncul memenuhi layar ponselnya adalah seminggu lalu. Sehari setelah kejadian yang membuat hubungan mereka kandas sebelum di mulai. Saat itu Keara juga membiarkan hampir puluhan panggilan dari pemuda itu berakhir di mail box, dan setiap pesan yang Ben kirimkan di biarkan dalam keadaan terbaca tanpa balasan.
Keara pikir Ben menyerah. Namun ternyata perempuan itu salah. Rupanya setelah hampir seminggu menghilang dari kehidupannya, Benjamin malah muncul kembali dengan pesan-pesan yang membuat Keara ingin menangis di tempat.
Benarkadikara
Angkat, Kei
I know u there
We need to talk.Keara membacanya dengan nanar. Sebersit rasa perih yang sempat hilang itu muncul lagi memenuhi benaknya.
Benarkadikara
Keara, please
It's been a week
Aku nggak tau lagi harus gimana
Kamu menghindari aku
Kamu nggak mau mendengar penjelasankuKeara akui dia memang seorang pecundang. Alih-alih melompat pada lubang yang sudah sengaja dia gali dalam-dalam, Keara justru malah kabur dan memilih untuk lari dari tanggung jawabnya. Bersembunyi seperti orang bodoh yang ketahuan mencuri permen.
Benarkadikara
Keara,
Give me a chance
I want to return ur umbrellaLagi, perempuan itu hanya memandang layar ponselnya dengan tatapan kosong. Bahkan setelah membaca pesan terakhir yang Ben kirimkan, gadis itu malah melamun dengan mata memerah. Bagaimana tidak? Pesan terakhir yang pemuda itu kirimkan seperti melempar Keara menuju masa lalu yang tidak ingin dia ingat.
Andai waktu itu Keara tidak memberikan payungnya pada Benjamin, apakah lelaki itu akan tetap bersikukuh menemuinya walau tanpa alasan?
Keara hanya menunduk. Setelah menyeka kelopak matanya yang sedikit berair, perempuan itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
Hujan masih belum berhenti, namun dengan beberapa pertimbangan Keara memutuskan untuk menerobosnya saja. Lagipula, letak kost-nya juga sudah dekat, dan dia hanya perlu melewati beberapa gang saja. Dia tidak membawa payung, dan satu-satunya payung yang dia miliki ada di tangan laki-laki yang saat ini sedang tidak ingin dia temui. Langkahnya yang terajut lebar di atas aspal basah menimbulkan bunyi kecipak pelan. Keara sempat berhenti sebentar ketika dirasa ponselnya kembali bergetar panjang. Kali ini sebuah nomor tidak di kenal meneleponnya.
YOU ARE READING
Us ㅡBBH
FanfictionMengenai sebuah hubungan yang dibentangkan oleh perbedaan. Antara aku dan kamu . . . Dapatkah berubah menjadi kita? ⛓Warn: •Crime-Action •Non-baku •Some harsh words, slightly mature •Including a lot of crime scene and action Cover picture by me @wa...