Keara Grishalesha bukan termasuk dalam jenis orang yang mudah gugup. Perempuan kelahiran Jogja ini punya kepribadian yang cenderung berani dan tebal, sesuatu yang membuatnya kelihatan sulit disentuh bahkan walau hanya se-ujung kuku. Namun chat dari seseorang yang bahkan tidak pernah Keara dengar suaranya itu berhasil membuatnya menjadi sangat gugup. Yang dia ingat, terakhir kali hatinya merasa tidak nyaman begini adalah saat menanti pengumuman hasil tes kelolosannya untuk masuk ke dalam instansi kepolisian.
"Oh c'mon, lo kan udah bawa semprotan cabe juga, Kei." Monolognya pada diri sendiri dengan tangan sibuk meremas ponsel dalam genggaman.
Pada akhirnya, Keara dan Ben sudah setuju untuk bertemu di Central Park Mall untuk makan siang bersama hari ini. Keara sendiri sudah rapi dengan penampilan super rare, dia menggunakan gaun pendek selutut berwarna krem dan heels yang hampir membuatnya terjungkal ketika menuruni tangga kost-an ketika berangkat tadi. Sesuatu yang bahkan hampir rekan-rekan kantornya tidak pernah lihat mengingat Keara lebih suka mengenakan kaus kasual juga celana jeans atau bahan untuk bepergian ditambah dengan sneakers.
Anggap saja Keara berlebihan, tapi dia memang sengaja berdandan sedemikian rupa untuk menciptakan kesan baik terhadap pertemuan pertamanya dengan si lelaki Tinder.
Gadis itu melirik sekilas pada arlojinya, lalu beralih kedalam restauran tempatnya dengan Ben bertemu. Meski datang setengah jam lebih cepat, dia sengaja tidak langsung masuk lebih dulu guna memastikan jika orang yang dia nanti benar-benar datang.
Dan rupanya Ben benar-benar datang.
Dari luar restauran yang berdinding kaca tersebut, dia bisa melihat seorang lelaki dengan kemeja rapi warna hitam sudah duduk di kursi yang sudah direservasi atas nama Keara. Maka tanpa banyak mengulur waktu lagi, gadis itu segera beranjak menghampirinya.
Langkahnya sengaja dibuat sedikit kikuk ketika mendekati meja tempat lelaki itu berada.
"Ben Arkadikara?"
Si lelaki yang dipanggil segera mendongak. Hal yang tidak Keara duga, lelaki itu kini tengah menampilkan sorot tidak tertarik terhadapnya.
"Ya."
Sahutan pendek dari Ben membuatnya mengulas senyum kikuk. Gadis itu buru-buru menarik kursi dihadapan Benjamin lantas duduk disana dengan postur kurang nyaman.
Hari ini sebenarnya bukan hari liburnya, namun karena minggu kemarin Keara sudah harus rela kehilangan waktu beristirahat sebab ada kasus dadakan, maka atas persetujuan Stefan gadis itu dapat libur tambahan diminggu ini.
"Saya kira sayaㅡ"
"Aku."
Keara mengerutkan kening, "Pardon?"
"Kata Calvin, mending pakai aku-kamu aja kalau mau ngobrol. Kalau pakai saya-kamu kesannya jadi kayak interview kerja."
Keara dibuat terperangah sejenak.
YOU ARE READING
Us ㅡBBH
FanfictionMengenai sebuah hubungan yang dibentangkan oleh perbedaan. Antara aku dan kamu . . . Dapatkah berubah menjadi kita? ⛓Warn: •Crime-Action •Non-baku •Some harsh words, slightly mature •Including a lot of crime scene and action Cover picture by me @wa...