Langit masih gelap. Semburat biru bahkan belum terlihat sama sekali dari arah terbitnya matahari, namun Benjamin sudah ditarik paksa oleh Calvin dari tempat tidur karena sebuah insiden yang katanya mendesak. Masih dengan mata sipit juga wajah puffy khas layaknya orang baru bangun tidur, lelaki itu segera beranjak mengikuti kemana langkah Calvin membawanya. Ben tidak perlu repot-repot mengganti kausnya sebab dia yakin, bahkan dengan setelan piyama sekalipun, orang-orang pasti masih akan menatap segan padanya.
Kedua alis Ben bertaut bingung ketika dirinya kini sudah berada di basement tempat mobil Calvin berada. Batinnya bertanya-tanya, namun Benjamin tetap enggan bersuara. Itu adalah sebuah aturan dasar. Jangan pernah bertanya, simak dan dengarkan ketika waktunya bicara tiba.
"Salah satu kurir kita ada yang ketangkap. Dia partner dari orang yang lo beresin tempo hari lalu." Buka Calvin ketika keduanya sudah berada di dalam mobil dengan Calvin yang duduk dibelakang roda kemudi.
Nyawa Ben memang belum terkumpul sepenuhnya pasca bangkit dari pembaringan, namun telinganya masih cukup tajam untuk menangkap nada geram dalam kalimat Calvin barusan. Nada yang membuatnya membulatkan mata dalam hitungan sepersekian detik berikutnya dengan perasaan cukup campur aduk.
"Mustahil. Gue udah double check dan mastiin kalau orang yang ketauan pihak bea cukai cuma satu orang. Gimana bisa?!"
"Martin baru dapet info tadi malam kalau ternyata kurir hari itu ada dua orang. Yang satu ya yang udah lo eksekusi, sedangkan satunya lagi berhasil kabur setelah ditahan pihak bandara selama dua jam."
"Kabur?!" Ben membeo tidak percaya.
Mobil yang dikendarai Calvin Himawan kini sudah melaju dengan kecepatan tidak masuk akal membelah jalanan protokol ibukota. Lelaki itu mengemudi seakan-akan mobilnya kini tengah berada di sikruit balap, dan bukannya jalanan umum dimana mereka mungkin saja bisa kena tilang karena melanggar batas kecepatan wajar. Menuju satu tujuan. Tempat dimana markas mereka berada.
"Iya. Dia kabur dan jadi buron polisi selama dua hari sebelum akhirnya ketangkap di daerah Pluit."
Benjamin mengusap wajahnya kasar ketika dengusan sebal Calvin menyambangi rungunya.
"Pak Ku-"
"Belum. Beliau dan Leo masih belum tau kalau itu yang lagi lo takutin. Which is itu berarti berita bagus. Tapi masalahnya, kita nggak bisa pastiin apakah si Fabian brengsek itu punya rencana buat ngadu atau nggak."
Oh benar, Fabian.
Pernah mendengar pepatah 'Dibalik setiap kesuksesan, ada saja orang yang akan berusaha menjatuhkan'? Benjamin Arkadikara dan Fabian Agniwana adalah salah satu contoh nyatanya.
Meskipun keduanya bekerja untuk orang yang sama, namun hubungan antara Ben dan Fabian bukanlah jenis hubungan rekanan yang harmonis. Sebaliknya, keduanya justru terlibat dalam sebuah persaingan dimana Fabian menganggap bahwa Ben adalah rivalnya dalam mendapatkan predikat penting sebagai tangan kanan si bos.
YOU ARE READING
Us ㅡBBH
FanfictionMengenai sebuah hubungan yang dibentangkan oleh perbedaan. Antara aku dan kamu . . . Dapatkah berubah menjadi kita? ⛓Warn: •Crime-Action •Non-baku •Some harsh words, slightly mature •Including a lot of crime scene and action Cover picture by me @wa...