Kacau.
Bahkan kata kacau-pun masih terdengar kurang tepat untuk menggambarkan situasi di kepolisian sekarang. Bagaimana tidak? Setelah berhasil meringkus tersangka penting yang akan menjadi pembuka jalan mereka menuju pada kasus komplotan sindikat yang lebih besar, pihak kepolisian justru merasa kecolongan ketika tersangka yang sudah mereka tangkap dengan susah payah ditemukan meninggal setelah dipindahkan ke sel sementara.
Stefan selaku orang yang kemungkinan akan dilimpahi berkas perkara kali ini tidak dapat menyembunyikan kemarahannya dengan menggebrak meja. Sebuah aksi yang bahkan hampir tidak mungkin dibayangkan untuk dilihat Keara dan kawan-kawan dari seorang Stefan Sudarsana si lelaki sabar.
Rehan, Jeje, bahkan Arsen selaku anggota tim yang tergolong paling dekat dengannya pun sampai tidak berani mendekat dan berkomentar untuk sekedar menenangkan. Barulah ketika Stefan mau membuka mulut, Arsen sigap menyahut.
"Saya mau tau kronologinya!" Teriak Stefan dengan nada gusar.
"Korban diracun." Arsen segera memberikan selembar kertas keatas meja lelaki itu.
"Ini hasil identifikasi sementara. Disitu tertulis kalau ditemukan lebih dari 70 miligram kandungan digoxin pada makanan yang dikonsumsi korban pagi ini setelah dipindahkan ke sel tahanan sementara. Ini relevan dengan keluhan korban sebelum meninggal, yaitu sakit dibagian perut dan kepala yang hebat. Dugaan sementara pelakunya adalah orang dapur atau salah satu sipir yang bertugas jaga hari ini. Semuanya masih dalam tahap penyidikan lebih lanjut."
Tangan Stefan terulur untuk memeriksa kertas tadi, lalu tanpa diduga, lelaki itu langsung meremasnya sedetik kemudian.
"Siapa petugas yang menginterogasi korban hari ini?"
"Ketua tim divisi dua Tipidnarkoba, Mbak Mira Biancari."
"Kamu temui dia sekarang." Perintahnya pada Arsen, "Minta semua salinan hasil interogasinya serta barang bukti milik korban yang berhasil disita."
"Tapi, Masㅡ"
"Kalau dia menolak, kamu bilang aja ini perintah atas izin langsung dari Pak Gibran."
Arsenio bungkam. Meskipun benaknya berseru kurang setuju, namun keputusan Stefan bukan sesuatu yang dapat dengan mudah dia tentang. Dia menghargai Stefan sebagaimana dia selalu menghargai keputusan kakaknya sendiri. Dan meskipun kali ini dia merasa kurang setuju, Arsen tetap percaya jika ketua timnya itu pasti punya alasan yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dengan begitu, dia lantas pergi melakukan apa yang Stefan minta.
Kondisi ruangan kembali senyap, dan Stefan seketika luruh keatas kursinya dengan kepala dirundung pening hebat.
"Mungkin kita bisa selidiki lebih dulu soal peredaran obat yang dipakai buat membunuh korban dan kemungkinan dimana obat itu bisa dijual bebas." Edzhar selaku anak magang baru di tim mereka bersuara. Berusaha memberi jalan keluar sekaligus memecah hening yang mencekam disana.
YOU ARE READING
Us ㅡBBH
FanfictionMengenai sebuah hubungan yang dibentangkan oleh perbedaan. Antara aku dan kamu . . . Dapatkah berubah menjadi kita? ⛓Warn: •Crime-Action •Non-baku •Some harsh words, slightly mature •Including a lot of crime scene and action Cover picture by me @wa...