⛓19. Absquatulate

143 28 90
                                    

Di bawah temaram cahaya bulan malam yang berhasil menembus tirai kamar, Leo dengan sebuah jubah tipis dan sebatang rokok yang menyala menatap pada tubuh seorang perempuan yang sudah tergeletak tak berdaya tanpa busana di atas ranjang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di bawah temaram cahaya bulan malam yang berhasil menembus tirai kamar, Leo dengan sebuah jubah tipis dan sebatang rokok yang menyala menatap pada tubuh seorang perempuan yang sudah tergeletak tak berdaya tanpa busana di atas ranjang.

Ada sorot senang yang memancar dalam matanya dibalik kegelapan, menatap puas pada setiap guratan luka yang mengoyak permukaan kulit si perempuan juga pada permukaan kain pelapis ranjang yang sudah terbalut warna merah pekat.

Iris tajamnya masih enggan beranjak meski pintu kamar yang di tempatinya mulai berderit terbuka.

"Ben kemana?" Tanyanya ketika menyadari bahwa laki-laki tegap yang barusan masuk adalah Fabian, bukannya Benjamin.

"Ada di bawah, lagi nyiapin mobil."

Leo mengangguk.

Jika dilihat dari bagaimana cara Fabian merespon, sepertinya lelaki itu sudah biasa melihat pemandangan serupa sekarang.

"Pastiin bersih kayak biasanya. Gue nggak mau ada cacat."

"Oke."

Fabian sudah akan bergerak menggotong mayat perempuan malang tadi andai suara Leo lagi-lagi menginterupsinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fabian sudah akan bergerak menggotong mayat perempuan malang tadi andai suara Leo lagi-lagi menginterupsinya.

"Jangan di buang di tempat biasa."

Fabian Agniwana sontak kaget, "Maksudnya?"

Leo menekan ujung rokoknya yang masih menyala ke permukaan asbak. Lelaki itu menoleh pada Fabian dengan sebuah seringai penuh makna.

"Buang di tempat yang terjangkau publik."

"Le, lo udah gila?!"

"Pastiin mayat perempuan ini bisa di temukan polisi. Gue mau ada keributan baru supaya publik geger dan kepolisian mau nggak mau harus mengedepankan kasus ini ketimbang penyelidikan soal obat-obat terlarang."

"Tapi itu sama aja bunuh diri, Le!" Fabian hampir menjerit tidak terima, namun iris tajam Leo langsung membungkamnya.

"Itu sebabnya gue minta kalian mastiin nggak ada satupun sidik jari atau rambut yang bisa dipakai buat jadi barang bukti." Tekannya dengan nada sarat perintah.

Us ㅡBBHWhere stories live. Discover now