🔗16. Not A Fault

132 28 134
                                    

"Packing lo masih lama?"

Benjamin segera menoleh kearah pintu kamarnya begitu suara Calvin menginterupsi kegiatannya memasukkan beberapa setel pakaian kedalam sebuah koper kecil berwarna gelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Benjamin segera menoleh kearah pintu kamarnya begitu suara Calvin menginterupsi kegiatannya memasukkan beberapa setel pakaian kedalam sebuah koper kecil berwarna gelap. Lelaki yang tingginya hampir mencapai dua meter itu kini sedang tersenyun lebar dengan sebelah bahu menyender pada kusen pintu.

Ben tampak tak terganggu.

"Bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk? Punya tangan kan?"

Yang di sindir malah tertawa, "Sorry, tapi tangan gue di ciptakan hanya untuk melakukan pekerjaan enak."

Paham dengan apa yang Calvin maksud dengan pekerjaan enak, Ben memilih tidak menggubris. Lelaki itu kini gantian sibuk menurunkan kopernya. "Mau ngapain lo kesini?"

"Jemput lo lah." Balas Calvin sambil mengayunkan kunci mobil ditangannya.

"Gue bisa nyetir sendiri."

"Nggak nanya tuh."

"Vin," Ben mendesis kesal, dan lagi-lagi hanya dibalas sang kawan dengan tawa.

"Sekalian sih, Ben. Barengan aja berangkatnya."

"Barengan gimana?"

"Ya barengan ke bandaranya."

"Lo ikut?" Pertanyaannya segera di angguki oleh Calvin, dan itu membuat pertanyaan lain justru muncul dalam benaknya, "Bukannya gue sama Martin doang yang bakal berangkat?"

"Ceritanya panjang." Ujar Calvin sembari melirik kearah sebuah arloji ber-merk yang melingkari tangan kirinya, "Ayoklah jangan bacot mulu. Dua jam lagi flight, kalo kelamaan bisa ditinggal lo sama maskapai-nya."

Benjamin tidak menyahut, namun tetap mengiringi langkah Calvin keluar dari apartemennya sambil menggeret barang bawaannya. Begitu turun, rupanya AMG G-65 silver milik lelaki jangkung itu sudah standby di lobi sehingga membuat keduanya tidak perlu turun lagi ke basement.

Calvin tampak tersenyum ramah kearah salah seorang petugas keamanan sebelum akhirnya mulai melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Tengah malam begini kondisi lalu lintas jelas tidak sepadat ketika siang hari, jadi Calvin Himawan dapat seenak jidat membawa kendaraannya dengan kecepatan yang hampir menyaingi pembalap dalam arena sirkuit.

Ben tidak protes. Netranya hanya terpaku memandang lampu jalanan yang tampak redup dalam keremangan malam.

"Gue tadi ngecek kulkas." Calvin memulai, "Lo pernah kedatangan tamu?"

Ben tentu menoleh cepat. Maniknya menajam tanda waspada, "Emang kenapa?"

"Ciki gue banyak yang ilang."

"Gue yang makan."

"Sejak kapan lo doyan makan micin?"

"Sejak kemarin."

Us ㅡBBHWhere stories live. Discover now