Dia Billy Alexander Henderson

11.6K 572 20
                                    

"Perjuangan panjang pada akhirnya akan berbuah manis.
Tak peduli betapa sulitnya perjalanan hidup yang berliku tajam.
Akan tetapi, ingatlah pada akhirnya kesuksesan menuai hasil."

-
Echa -

***

Seorang pria sedang berkutat dengan laptopnya di sebuah Kafe yang dikonsep dengan begitu unik. Lebih dominan buku daripada isi kafe. Rainbow Kafe, itulah nama tempat tersebut. Ia mendapat rekomendasi dari beberapa temannya untuk mengadakan meeting di tempat ini. Dia Billy.

Billy Alexander Henderson adalah nama lengkapnya. Dia seorang pengusaha kayu terkenal yang sudah cukup sukses sejak sepuluh tahun silam, dan banyak orang mengenalnya sebagai Tuan Alex. Billy adalah orang yang sangat santai, ramah dan murah senyum, namun tidak ada yang tahu kepribadian yang sebenarnya.

Wajah tampan layaknya pangeran menjadi pesonanya meskipun usianya sudah memasuki 32 tahun dan masih single. Badan berotot dengan tegak dan atletis nampak menggoda kaum hawa. Warna kulit yang juga putih dan termasuk tipe pria metroseksual benar-benar menjadi idaman para wanita. Pembawaannya yang dingin selalu membuat orang di sekitarnya segan dan patut hormat kepadanya, tapi juga menyukainya.

Dia berdiri atas nama perusahaan yang telah dibangun oleh Papanya sejak dulu -sebelum dirinya lahir- yaitu Henderson Company. Perusahaan tersebut begitu dikenal pada jamannya sebab merupakan perusahaan kayu terbesar pertama yang menginjakkan kakinya di dunia bisnis. Namun perusahaan sempat mengalami collaps dan hampir bangkrut saat Papa meninggal.

Papa meninggal saat usia Billy masih empat tahun dikarenakan kecelakaan mobil, lalu Billy tinggal berdua dengan Mama. Tidak, bukan Mama kandung, namun Mama tirinya. Mama kandung Billy telah meninggal saat melahirkan dirinya, dan Papa memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita single saat Billy berusia dua tahun. Dari pernikahan papanya itu, Mama tirinya tidak dikaruniai seorang anak pun.

Seluruh harta kekayaan Henderson jatuh ke tangan Billy, hanya saja ketika itu Billy masih amat kecil untuk bisa mengerti segalanya. Sehingga Mama tiri Billy membantu mengelola perusahaan itu bersama dengan orang kepercayaan Papa dulu. Perusahaan yang collaps akhirnya bisa bangkit lagi dengan cepat.

Setelah setahun menjalin kerjasama, ternyata Mama tirinya justru menjalin kasih dan memutuskan untuk menikah dengan orang kepercayaan Papa itu. Billy kembali memiliki orang tua utuh meskipun hanya anak tiri. Lantas, dari hasil pernikahan mereka, lahirlah anak kembar yang kemudian menjadi adik dari Billy.

Setelah usianya menginjak 17 tahun, Billy meminta haknya atas perusahaan Papa Henderson. Billy ingin mengurus perusahaan itu sendiri dengan tangannya, meskipun ia belum benar-benar mampu. Ia memutuskan mengusir kedua orangtua tirinya dari rumah dan juga perusahaannya. Setelah itu, ia menunjuk seseorang yang dipercaya mampu menangani perusahaan tersebut saat dirinya menjalani perkuliahan bisnis di London.

Menginjak usia 22 tahun, Billy pulang ke Indonesia dan sudah siap untuk menjalani bisnis yang ditinggalkan oleh sang Papa puluhan tahun silam. Ia hanya perlu meneruskan apa yang telah dikerjakan orang kepercayaannya. Setelah cukup kuat untuk berdiri sendiri, Billy tidak bisa mempercayai siapapun lagi sehingga ia memutuskan untuk menjalani segalanya sendiri.

Setahun sebelum kepulangan Billy ke Indonesia, ia mendapat berita kalau perusahaannya mendapat saingan ketat. Perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama dengan perusahaan miliknya, selalu bersaing dalam mengambil tender dengan perusahaan-perusahaan tertentu. Satu-satunya perusahaan yang berani mengibarkan bendera peperangan dengan perusahaannya, yaitu Mardiansyah Company.

Ada yang terasa aneh bagi Billy, sebab nama perusahaan tersebut terdengar tidak asing. Meskipun Billy sudah berusaha mencari tahu tentang perusahaan tersebut, tapi ia tidak bisa mendapatkan info sama sekali. Hingga suatu waktu, kesuksesan besar diperoleh Mardiansyah Company. Media meliput dan membandingkan dengan perusahaannya. Dengan penuh keangkuhan dan kesombongan, pria yang menjadi pemilik Mardiansyah Company itu berhasil membuat Billy kalang kabut. Dari sanalah, Billy akhirnya mengetahui siapa pemilik perusahaan itu, yakni Octo Aliando Mardiansyah.

Kedua perusahaan sudah sangat dipandang, dan dengan jelas bersaing ketat merebut tender demi tender. Meskipun Mardiansyah Company masih terbilang baru, namun kenyataannya perusahaan itu mampu menyamai kedudukan Henderson Company.

Emosi Billy tak dipancing sampai di situ saja. Kenyataan pahit lain menyambutnya, karena ternyata orang yang berdiri di balik pemuda angkuh itu adalah Orlando Mardiansyah. Seorang yang telah sangat dikenalnya selama bertahun-tahun dan sangat dipercaya olehnya dulu. Dulu sekali. Sebelum akhirnya ia memutuskan melupakannya.

ALONE | AP STORY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang