"Li, Prilly sama lo?" tanya Echa.
Siang itu, Ali yang baru saja selesai menandatangani beberapa dokumen, fokus kepada teleponnya. "Prilly nggak sama gue, Cha. Ya, sesuai yang gue kasih tau ke lo, kan?"
"Serius? Terus Prilly kemana dong?"
Ali mengerutkan kening. "Maksud lo, Prilly kemana? Dia kan di rumah lo." ia merasakan ada yang tidak beres.
"Nggak ada, Li. Gue tadi habis dari swalayan, dan pas pulang tuh rumah sepi. Gue pikir dia udah pergi sama lo. Nggak ada surat atau apapun, cuma barang-barangnya masih ada di sini. Gue tanya ke tetangga kanan kiri juga nggak ada yang liat dia." jelas Echa heran.
"Lo nggak coba hubungin dia?"
Echa berdecak. "Kan kemaren lo yang nyuruh gue buat ngamanin handphone dia. Gimana sih lo?"
"Sorry, gue lupa. Terus gimana? Mungkin nggak sih kalo dia nggak suka sama surprise gue itu dan akhirnya dia pergi dari rumah karena nggak mau ketemu sama gue?" tanya Ali bingung.
Echa diam sesaat. "Mungkin aja sih. Cuma masa dia sampe kabur gitu dari rumah gue? Terus nggak bawa barang-barangnya juga? I'm not sure." jawabnya agak ragu. "Apa jangan-jangan dia diculik?" sambungnya.
"Diculik? Kenapa lo bisa tiba-tiba mikir kayak gitu?" tanya Ali heran.
Echa menghela napas berat. "I don't know. Cuma firasat buruk aja dan tiba-tiba kepikiran seperti itu. Gue tau selama ini dia dijaga ketat sama orang suruhan Om Rezky karena takut terjadi hal-hal yang nggak diinginkan. Yah, walaupun dia paling nggak suka dijagain begitu sih." katanya.
"Oh iya, terus anak buah gue ke mana? Lo nggak coba tanya mereka?" tanya Ali tiba-tiba.
"Ng, gue sih nggak ngeliat mereka dari tadi pagi ya."
"Dari tadi pagi?" Ali semakin heran. "Oke, ini aneh! Mereka nggak biasanya lalai sama tugas mereka! Kemungkinan apa yang dibilang Echa bener kalo Prilly diculik! Tapi siapa yang ngelakuin ini?" batinnya.
"Iya, mobil mereka nggak ada tuh di depan."
Ali memutar otak. "Udah, lo tenang aja. Gue bakal cari tau dimana Prilly. Tapi please ya, Cha, jangan sampe ada yang tau dulu kalo Prilly ngilang. Terutama keluarga Prilly. Keep silent, oke?"
Echa menghela napas. "Selama lo bisa ngejamin keselamatan dia sih, gue nggak bakal ngomong ke siapapun."
"Pasti! Nanti gue kabarin lo kalo ada info. Thanks ya, Cha!"
"You're welcome." mereka pun mengakhiri pembicaraan di telepon.
Ali kemudian menekan beberapa tombol untuk menghubungi anak buahnya yang bertugas menunggui rumah Echa. Akan tetapi, tidak ada yang mengangkat teleponnya satu pun.
Ali menggeram. Ia pun menelepon anak buahnya yang lain. "Kalian semua cepat ke ruangan saya!" ia membanting teleponnya kesal.
Tak lama pintu ruangannya diketuk dan beberapa orang pria berbadan tegap dengan seragam safari hitam, yang merupakan para anak buah Ali memasuki ruangan. Mereka berdiri di depan meja Ali dengan posisi siap.
Ali berdiri. "Kalian dengarkan saya! Saat ini Anton dan Ferry sedang saya tugaskan untuk mengawasi istri saya. Tapi tadi saya dapat info kalau istri saya menghilang, begitu pun dengan mereka! Saya perintahkan kalian untuk cari mereka sampai ketemu! Terutama istri saya! Saya nggak peduli gimana caranya, pokoknya istri saya harus ketemu! Saya nggak mau dengar kalau kalian nggak bisa menemukan mereka ! Saya tunggu kabarnya sore ini juga! Mengerti kalian?!" perintahnya tegas.
" Baik, Tuan." anak buah yang terdiri dari sepuluh orang itu pun mengangguk mengerti.
"Oke, cepat pergi dan dapatkan info secepat mungkin! Saya tunggu!" Ali pun menyuruh mereka segera keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE | AP STORY (HIATUS)
Fiksi PenggemarPrilly, wanita pendiam dan penyendiri. Terlahir sebagai anak serba berkecukupan, tapi ternyata ia tumbuh menjadi wanita kuat dan mandiri. Ia lebih suka menutup diri, dan tidak ingin ada seorang pun yang masuk lebih dalam tentang dirinya. Hingga pada...