Malam resepsi pernikahan Ali dan Prilly tergelar mewah di sebuah Ballroom sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan. Dengan konsep indoor dan outdoor yang bernuansa biru laut membuat acara tampak megah dan bercahaya. Semua didekor semegah mungkin dan tanpa kekurangan sedikit pun.
Dibandingkan pagi tadi saat akad nikah, acara resepsi jauh lebih mewah dan mendapatkan kesan glamournya. Semua ini adalah permintaan Ali. Ia ingin pernikahan sekali seumur hidupnya itu dibuat semewah mungkin.
Saat ini Ali dan Prilly bersanding di pelaminan indoor yang megah bersama kedua orang tua mereka. Acara sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu, dan mereka kini disibukkan dengan menyalami tamu undangan.
"Tamu lo banyak banget sih?! Capek gue!" bisik Prilly kesal.
"Capek? Bosan?" tanya Ali lembut.
Prilly menatap pria di hadapannya. "Iya, gue capek dan sangat bosan!" jawabnya ketus.
Ali membelai lembut pipi Prilly. "Ya udah, kita istirahat dulu. Kita ke bawah." ia meraih tangan Prilly dengan lembut, lantas meletakkan sebelah tangannya dengan pasti di pinggang Prilly.
Acara mereka memang tidak terlalu baku. Mereka ingin lebih akrab dan terlihat santai dengan menghampiri para tamu undangan dan menikmati hidangan bersama.
Prilly harus sangat terbiasa dengan sikap Ali yang seperti terlalu menjaganya ketat. Entah ada apa, tapi Prilly merasa ada yang berbeda dari Ali. Ia lebih protektif dan bersikap posesif pada Prilly.
"Kamu laper? Aku mau ambil makanan." Tanya Ali.
"Nggak!"
"Ya udah, nanti aku suapin aja. Tunggu di sini sebentar, ya? Jangan ke mana-mana. Inget, kamu udah jadi istrinya Tuan Muda Mardiansyah." Bisik Ali, lantas tersenyum jahil sebelum meninggalkan Prilly.
Prilly menatapnya kesal. "Apa-apaan dia itu?! Tuan Muda! Cih!" gumamnya kesal.
"Hai, Nona Prilly yang cantik." sapa seseorang yang membuat Prilly menoleh. Ia tahu siapa yang berani memanggilnya begitu. Billy.
"Kenapa lo di sini?"
"Gue dateng sama temen gue. Meskipun gue nggak diundang resmi sama kalian, tapi temen gue ngajak bareng."
"Oh..." Prilly memandang Billy datar.
Pria itu nampak gagah dengan setelan jas berwarna coklat terang dipadukan dengan celana cokelat tuanya serta kemeja putih dan dasi kupu-kupunya. Badan tegap dan berotot miliknya, tangannya yang dimasukkan ke saku serta wajah yang dipasang ekstra dingin langsung membuat perempuan yang datang ke pesta ini meliriknya terpesona.
"Selamat, ya, sudah menikah dengan pria paling diharapkan di luar sana." Billy mengulurkan tangannya ingin menjabat tangan Prilly.
Prilly menatap tangan Billy. "Gue sama sekali nggak berharap dapat ucapan itu dari siapapun." ucapnya dingin. Billy memandang tangannya yang diacuhkan Prilly. "Tapi terima kasih." Prilly akhirnya menangkap tangan Billy yang menggantung di udara.
Ketika mendapatkan tangan Prilly, Billy segera menariknya ke dalam pelukan. Tangan kanan Billy melingkar di pinggang Prilly dan tangan kirinya memegang tangan Prilly. Mereka berada dalam posisi akan berdansa, dan tak lama musik mengalun dengan lembut.
Billy tersenyum saat Prilly mengikuti langkahnya dalam berdansa. "Lo tau kan yang lo lakuin? Lo hanya akan memancing kemarahan Ali!" ujar Prilly lantang di hadapan Billy. Ia menatap lurus mata itu.
"Dan sayangnya lo mau melayani gue." ucap pria itu tenang.
"Itu hanya karena lo nggak akan lepasin gue begitu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE | AP STORY (HIATUS)
FanfictionPrilly, wanita pendiam dan penyendiri. Terlahir sebagai anak serba berkecukupan, tapi ternyata ia tumbuh menjadi wanita kuat dan mandiri. Ia lebih suka menutup diri, dan tidak ingin ada seorang pun yang masuk lebih dalam tentang dirinya. Hingga pada...