Penentu Masa Depan

23.1K 838 19
                                    

"Pilihan hidup hanya kita yang menentukan.
Karena masa depan ada di tangan kita, bukan orang lain. 
Mereka mungkin tahu yang terbaik, tetapi kita lebih tahu yang terbaik."

– Echa –

***

Keadaan kampus tidak terlalu ramai karena ujian akhir semester baru saja usai beberapa hari lalu. Prilly melirik jam tangannya. Pukul 13.00. Ia ada janji dengan seorang dosen yang menjadi pembimbingnya saat skripsi beberapa bulan lalu. Ia sudah menghubungi dosennya namun tak diangkat. Akhirnya ia memutuskan pergi ke kantin untuk membeli minuman.

"Prilly!" panggil seseorang dari balik punggungnya. "Ke mana aja sih lo? Kangen tau!" orang itu berteriak heboh, dan saat menoleh, ia menghambur memeluk Prilly.

"Ya ampun, Nisye! Gue kira siapa deh." Prilly dengan jahil menjitakinya yang terlalu erat memeluknya.

"Ih, nyebelin lo, Ly! Kebiasaan banget suka jitakin kepala gue!" dumelnya, lantas melepas pelukannya.

Prilly tertawa. "Biar otak lo bener, Nisye. Eh, ngapain lo di sini? Udah selesai UAS, 'kan?"

Mereka pun berjalan memasuki kantin, menempati salah satu bangku kosong di dekat koperasi. Nisye adalah salah satu sahabat Prilly sejak SMA yang sekarang berada dalam satu kampus hanya berbeda jurusan dengannya. Nisye mengambil jurusan Akuntasi, sedangkan Prilly mengambil jurusan Manajemen Bisnis.

Mereka memesan minuman. "Iya, udah kelar UAS, tapi gue ada latihan paduan suara buat wisuda nanti. Eh, lo wisuda semester ini, kan?"

"Iya, semester ini. Kenapa emangnya?"

Nisye menggeleng. "Nggak apa-apa sih, nanya doang." Ia terkekeh.

"Terus? Lo kapan nyusul gue? Jangan males-malesan dong kuliahnya!" nasehat Prilly.

Nisye terkekeh. "Doain aja semester depan gue nyusul."

Prilly mengangguk. "Bagus deh, biar lo cepet dilamar tuh sama si Kamal. Kan dia udah ngebet banget pengen nikah sama lo." ia tertawa.

Nisye menarik hidung Prilly yang mancung. "Sialan lo! Eh, lo masih ngejomblo, Ly?"

Sudut mata Prilly yang sedang mencari-cari tisu di dalam tasnya, menatap tajam sahabatnya itu. "Nggak usah ditanya juga lo pasti udah tau jawabannya, Nisye." Ia mengambil tisu selembar.

"Ih, ya ampun! Lo tuh bener-bener nggak ada berubahnya, ya, Ly? Lo mau sampe kapan ngejomblo, hah? Nanti jadi perawan tua, mau lo?"

Prilly mengetukkan tangannya ke kepala lalu ke meja. "Eh, omongan lo, Nisye! Jangan nyumpahin gitu dong! Jodoh tuh di tangan Tuhan lagi, nanti juga akan datang dengan sendirinya." Komentarnya.

Nisye mencibir. "Eh, emang sih jodoh tuh di tangan Tuhan, tapi Tuhan juga nggak bakal ngasih jodoh kalo manusianya nggak ada usaha sama sekali." Tuturnya.

Prilly tertawa. "Tumben otak lo bener? Habis kejedot di mana, Nis?"

"Gue serius, Aprillia Angelica Reyfana! Carilah pasangan, atau minimal gue pengen liat lo deket sama seorang cowok deh gitu!"

"Iya, iya, nanti ya, Nisye Sayang." Jawab Prilly malas-malasan.

Nisye memelototinya. "Nanti kapan? Duh, Prilly, lo jangan males-malesan kenapa sih? Lo suruh gue jangan males-malesan buat kuliah, nah sekarang gue suruh lo jangan males-malesan cari jodoh!" ujarnya nampak serius.

Prilly mendesah. "Nisye, ya ampun, iya nanti gue cari yang mau sama gue deh!"

"Ih, Prilly Sayang, pasti ada yang mau sama lo dong! Lo kan wanita tanpa kekurangan! Perfecto..."

ALONE | AP STORY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang