Teka-Teki

6.4K 295 33
                                    

TING TONG! TING TONG!

Setelah menunggu tak berapa lama, seseorang membukakan pintu.

"Prilly?"

"Gue berantem sama dia."

Yang didatangi Prilly adalah sahabatnya Echa, dan responnya hanya menghela nafas. "Ya udah, duduk dulu deh!"

Prilly segera masuk dan duduk di sofa dengan menyeret koper di belakangnya.

"Gue nginep sini ya, Cha!"

Echa memang tinggal sendiri di Jakarta, sementara orang tuanya berada di Medan. Rumahnya sederhana dan tidak terlalu besar, tidak bertingkat tapi bernuansa minimalis.

Setelah menutup pintu, Echa pun duduk di samping Prilly yang memasang wajah stres. "Ali kemana emang sampe lo mau nginep di sini? Baru juga nikah tadi siang."

Prilly angkat bahu. "Ya kayak yang gue bilang, gue berantem hebat sama dia. Ya, gue pikir itu cukup hebat sih."

"Karena apa sih?"

Prilly memanyunkan bibirnya dan memutar bola mata. "Etha,"

Alis mata Echa naik setengah senti. "Karena Etha? Ada apa dengan dia?"

Ia membenarkan letak duduknya dengan menyilangkan kakinya ke sofa, kemudian memeluk bantal. Wajahnya terlihat kesal. "Kan gue udah bilang sama lo kalo dia itu masa lalunya Ali."

"Yes, i know that. So, what?"

"Ya seperti yang gue bilang ke lo tadi, seharusnya Ali dan Etha yang bersama, bukannya Ali sama gue."

Echa menatap Prilly bingung. "Terus maksud lo apa dengan lo bilang begitu? Lo berharap Ali dan Etha nyatu gitu?"

"Ya, jelaslah, Cha! Mereka tuh masih saling mencintai. Gue nggak mau jadi penghambat hubungan mereka."

Echa menggeleng. "Yang jadi penghambat tuh siapa sih, Ly? Ali udah milih lo, dan Etha hanya masa lalu. Masa lalu nggak selalu akan berhasil menjadi masa depan."

"Omongan lo kedengeran kayak Ali. Sekarang mereka saling mencintai, jadi kenapa nggak akan berhasil?"

"Lo pikir hanya karena mereka saling mencintai, hal itu akan membuat mereka bersatu lagi?"

Prilly mengerutkan kening. "Ya, memangnya nggak?"

Echa mendesah. "Nggak cukup, Ly! Mereka yang saling mencintai, tapi kalo Tuhan berkata lain, mau sampe budek juga nggak akan bisa nyatu. Lo tuh sebenernya kenapa sih, Ly? Gue nggak ngerti deh sama jalan pikiran lo. Kayaknya sejak lo ketemu sama Ali tuh gue ngerasa lo kayak beda gitu. Entah pemikirannya, sikapnya. Lo lebih tempramen, terutama ke dia. Bahkan sekarang gue perhatiin kalo lo seperti membuat sebuah permasalahan sama dia. Ya, mungkin kata lainnya mengada-ngada."

"Loh? Mengada-ngada gimana sih, Cha? Itu kan kenyataan! Ali sendiri yang bilang sama gue kalo dia masih mencintai Etha. Sekarang lo kasih tau gue, gimana caranya seseorang bisa bilang cinta sama orang lain, sementara hatinya masih nyangkut di masa lalu? Gimana? Coba jelasin ke gue!"

"Ya terus karena dia bilang kayak gitu, lo jadi menggunakan hal itu sebagai alasan? Sekarang gini ya, Ly, bisa aja kan dia udah berusaha buat ngelupain si Etha, tapi ternyata belum maksimal? Dan ketika dalam proses melupakan itu ternyata dia malah dipertemukan lagi sama Etha. Bisa jadi, kan? Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, Ly. Kita nggak bisa berasumsi sendiri. Apalagi gue tau banget kalo lo nggak suka sama dia."

"Terus mengenai jam terbang dia dengan cewek-cewek gimana? Apa nggak cukup hal itu menjelaskan kalo dia itu emang nggak bisa menghargai perempuan?"

ALONE | AP STORY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang