So Hard

7.4K 419 2
                                    

Ali menyusul Prilly yang sudah lebih dulu sampai di depan lift. Ia menggunakan kacamata hitam dan bersikap angkuh menyebalkan. Prilly pura-pura tidak peduli dengan pria itu. Lift terbuka, mereka pun masuk.

"Lo keras kepala banget sih? Gue gregetan sama lo!" tiba-tiba Ali mengumpat kesal pada Prilly.

Prilly menoleh. "Lo hanya harus terbiasa dengan keras kepalanya gue!"

Ali menggeleng. "Gimana lo bisa nikah kalo lo nggak mau nurutin suami lo, hah?"

Prilly menatap lurus pada pintu lift. "Nggak usah nikah kalo lo keberatan sama gue!" jawabnya tegas.

Ali tampak menarik nafas berat. "Itu kemauan lo, dan gue nggak akan mengabulkannya. Lo milik gue, Sayang!" ia menahan kekesalannya.

"Whatever!" Prilly membuka ponselnya yang ternyata low. Tak lama, pintu lift terbuka di lantai lima. Seorang pria familiar berdiri di sana. Ia menatap Ali datar, kemudian berganti menatap Prilly. Dengan santainya ia memasuki lift.

"Selamat pagi, Tuan Lian dan Nona Prilly."

Mendadak suasana menjadi dingin. Prilly menatap keduanya agak takut sebab pandangan itu terasa menusuk dan tajam. "Pagi, Tuan Alex."

"Pagi, Billy."

Billy meraih pundak Prilly. "Bagaimana keadaan Anda, Nona? Sudah lebih baik?" tanyanya dengan santai, yang membuat Prilly bingung serta Ali menatap tajam.

Ali menepis tangan Billy dari Prilly, lantas menarik Prilly ke dalam pelukannya. "Jauhi tangan lo dari Prilly! Gue nggak suka! Lagian maksud lo apa nanyain keadaan dia?"

Billy menatap tajam ke arah Ali. "Lo nggak bisa sopan sedikit sama orang, ya? Gue nggak ada niat macem-macem ya sama cewek lo! Gue juga nanyain sopan! Kenapa lo malah kasar kayak gini?"

"Ya udah, nanya sih nanya aja! Nggak usah pegang-pegang bisa, kan?"

Billy tersenyum sinis. "Gue cuma pegang pundak dia, ya! Bukan nyentuh dia ke bagian intim seperti yang lo lakuin kemaren!" tegasnya.

"Sialan lo, ya!" Ali pun menyerang Billy di dalam lift, namun segera dihadang oleh Prilly yang hampir saja terkena pukulan tangan Ali.

"Udah bersikap sok jagoannya?! Hah?" bentak Prilly marah.

"Sayang, tapi..."

"Lo yang berlebihan! Gue nggak suka ya cara lo yang selalu gunain otot, bukannya otak! Sekali lagi lo bersikap gegabah kayak gini, jangan harap kita jadi menikah!"

TING! Pintu lift terbuka lebar. Prilly berjalan keluar tanpa mempedulikan dua pria yang berdiri di belakangnya. Ali menatap Billy sengit.

"Urusan kita belom selesai, Bil!"

"Nggak usah buru-buru, gue akan tunggu!" jawab Billy santai.

Tangan Ali sudah mengepal keras, tapi ia tidak bisa meladeni Billy. Ia harus mengejar Prilly. Tanpa pikir panjang, Ali mencari keberadaan Prilly yang telah menghilang. Ternyata Prilly bersama orang tua dan kakaknya. Menyadari kehadiran Ali, raut wajah mereka berubah. Ali menatap Prilly yang menatapnya datar.

"Ali," panggil Ayah saat Ali sampai di hadapan keluarga Prilly. Max berdiri di samping Ayah, sedangkan Prilly bersama Bunda berdiri di balik punggung kedua pria itu.

"Iya, Om."

"Jadi, bisa dijelaskan ke mana kalian semalam? Kenapa menghilang dari acara?"

Ali menatap Prilly sejenak. "Saya minta maaf, Om. Semalam saya ajak Prilly keluar dari acara sebab..."

ALONE | AP STORY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang