Ali duduk dengan kesal sembari meletakkan gelas berisi orange juice ke atas meja. Ia tengah berada di sebuah club malam dimana biasanya ia melepaskan sedikit penatnya. Kali ini bukan penat yang dirasa, melainkan sedikit jengkel, juga ada sesal di hatinya.
Ali jengkel karena ternyata Prilly sungguh meninggalkannya di hotel dan tak kembali. Sudah beberapa jam berlalu, dan wanita yang kini telah sah menjadi istrinya itu, tak juga bisa dihubungi. Akan tetapi, bukan Octo Aliando Mardiansyah namanya jika ia tidak bisa mengetahui keberadaan Prilly.
Ali sudah meminta anak buahnya untuk mencari keberadaan sang istri. Ia tak ingin wanita seperti Prilly yang sudah berhasil mencuri perhatiannya itu, pergi begitu saja. Prilly bukan wanita yang pantas disandingkan dengan wanita lain yang pernah dekat dengannya, tapi Prilly sangatlah istimewa bagi Ali.
"Prilly, Prilly! Kenapa sih lo keras kepala banget? Gue tau lo hanya mencari-cari alasan supaya nggak hidup sama gue. Tapi bukan seperti ini juga caranya!" Katanya kesal, kemudian bersandar pada sofa yang didudukinya.
"Mungkin memang ini kebodohan gue yang mengakui kalo gue masih mencintai Tata. Tapi niat gue cuma mau bikin lo cemburu." Ali menghela napas. "Oke, gue akan ikutin alur permainan lo sampai akhirnya lo yang akan luluh sama gue, Pril."
Ali membuka handphone-nya. Beberapa foto kenangannya bersama Tata masih tersimpan rapi dalam sebuah folder tersembunyi. Dilihatnya foto demi foto yang membuatnya harus teringat lagi dengan Tata.
"Ta, kenapa setelah sekian lama kita pisah, justru sekarang harus ketemu lagi? Kenapa lo muncul saat gue udah mutusin buat married sama orang lain? Dan bodohnya, orang itu adalah atasan lo sendiri! Gue bahkan nggak pernah terpikir buat ketemu lagi sama lo. Tapi ternyata saat gue ngeliat lo lagi, semuanya berubah. Ada rasa rindu yang udah mati-matian gue musnahin, dan juga rasa yang dulu itu..." seketika di kepalanya berputar ke masa-masa pacaran bersama Tata.
"Ta, aku mau ngomong sama kamu." Ando menatapnya serius.
"Ngomong aja, Ndo. Sok serius banget deh!" Tata sendiri sedang memainkan sedotan minuman di hadapannya.
Ando menarik tangan Tata dalam genggamannya, mengusap tangan perempuan itu dengan wajah sendu. "Aku sayang sama kamu, Ta. Aku cinta." katanya setengah berbisik.
Perhatian Tata pun teralihkan kepada Ando yang mulai terlihat aneh. "Iya, aku tau. Setiap hari juga kamu selalu ngomong begitu."
"Aku mau serius sama kamu, Ta."
Tata menelan ludah. "Ma--maksudnya?"
Ando mengecup punggung tangan Tata dengan lembut. Lalu perlahan tapi pasti, tangannya menyelipkan sebuah cincin berwarna perak ke jari manis Tata. "Aku mau menikahi kamu, Anindia Prasetha." katanya yakin.
"Ka--kamu serius?" Tata tergagap tak percaya. Ia memperhatikan cincin yang sedang melingkar di jari manisnya itu.
Ando menghela napas. "Aku tau cincin itu murahan, tapi bukan berarti aku nggak serius sama kamu. Nanti aku ganti yang lebih bagus..."
Tata memeluk Ando, hingga membuat Ando menghentikan kata-katanya. "Jelas aku mau, Ndo. Aku mau!" katanya bahagia. Ia bahkan memeluk dengan sangat erat, menunjukkan betapa bahagia dirinya saat ini.
"Kamu beneran mau nikah sama aku?" kini Ando yang meragu.
Tata melepaskan pelukannya. "Alasan apa yang buat aku harus nolak kamu? Nggak ada, kan?"
Ando tersenyum tipis. "Kamu lupa kalau Papa kamu nggak setuju dari awal sama hubungan kita?"
Tata menggenggam tangan Ando. "Aku tau ini masalah terbesar di hubungan kita, tapi aku yakin kalo kamu pasti bisa ngeyakinin orang tua aku untuk kita sama-sama, Ndo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE | AP STORY (HIATUS)
FanfictionPrilly, wanita pendiam dan penyendiri. Terlahir sebagai anak serba berkecukupan, tapi ternyata ia tumbuh menjadi wanita kuat dan mandiri. Ia lebih suka menutup diri, dan tidak ingin ada seorang pun yang masuk lebih dalam tentang dirinya. Hingga pada...