"Kamu sebut aku apa tadi?" Tanya Ali dengan seulas senyum.
Prilly ternyum sinis. "Angel from the hell! Cepet jawab!"
Ali menggeleng. "Bisa kamu ulang pertanyaan kamu, Sayang?" tanyanya.
Prilly mendengus kesal. "Jadi, apa yang lo inginkan dari keluarga gue? Apa rencana lo?"
"Yang aku inginkan dari keluarga kamu? Bukankah sudah jelas, Sayang? Aku ingin kamu." jawab Ali tenang.
Ia mendekati Prilly dalam diam. Prilly yang tidak takut, menatap matanya menantang. "Nggak usah bohong! Pasti lo berusaha ngeribetin perusahaan Ayah juga! Banyak orang seperti lo! Beralibi mau sama gue, padahal hanya harta!"
"Harta? Sayang, kamu mau denger pengakuan aku, nggak?" tanyanya semakin merapatkan diri pada Prilly.
Prilly yang terdesak, segera mendorong Ali. "Jangan deket-deket! Gue bakal teriak kalo jarak lo nggak lebih dari lima meter dari gue!" bentaknya tak bisa mengontrol diri.
Selain ia yang tidak terbiasa dekat dengan lelaki manapun, tapi juga karena detak jantungnya yang begitu senang memompa lebih cepat. Ali menjaga jarak sedikit. Ya, hanya sedikit.
"Gue mau mengakui sesuatu." ia membelai pipi Prilly yang mulus tanpa cacat. Prilly menghindari tangan pria di hadapannya itu. Ia bersikap seolah tak mau disentuh oleh Ali.
"Nggak usah pegang, nggak usah deket, nggak usah ngeliat gue dengan tatapan itu!" yang dimaksudkan Prilly adalah tatapan tajam yang mematikan, namun menenangkan. Prilly menyukainya, namun juga tidak.
"Lo calon istri gue, Sayang. Gue bebas perlakuin apa aja sama lo. Udah, tenang aja! Gue nggak akan nyakitin lo."
Prilly menelan ludah. Jarak wajah mereka yang hanya beberapa senti membuat Prilly salah tingkah. "Please, nggak usah sedekat ini. Oke? Gue... Risih." ujarnya berusaha menutupi kegugupan.
Bukan menjauh, tapi ia berdiam di sisinya tetap menyudutkan Prilly. "Sayang, lo tau, nggak? Lo itu udah dua kali ngerendahin gue. Pertama, lo ngusir gue keluar hanya karena gue merokok di ruang rapat kantor bokap lo. Dan kedua adalah saat ini. Lo pikir, gue sematre apa? Atau semaruk apa gue sama harta? Lo belum kenal gue lebih jauh, Sayang." ujar Ali nampak serius.
Prilly tersenyum kikuk. "Mungkin aja lo sama dengan yang lainnya. Tiba-tiba datang mendekat demi menjatuhkan perusahaan Ayah."
Ali menarik rambut menjuntai Prilly untuk dimainkan. "Gue nggak akan menjatuhkan perusahaan Ayah lo, justru gue akan mengembangkannya menjadi lebih besar. Dua perusahaan bersatu akan lebih menarik, bukan?"
"Gue tetap nggak percaya!" tegas Prilly.
Ali meletakkan ibu jarinya di bibir tipis Prilly yang dipoles lipstik berwarna merah menggoda. "Terserah lo mau percaya atau nggak, intinya gue ingin lo, Sayang. Bisakah lo bersikap baik sama gue? Nggak tertarikkah lo sama gue, Sayang?"
Prilly tersenyum sinis. "Pertunangan ini nggak didasari cinta, jadi gue nggak tertarik sama lo sama sekali! Apalagi gue tau kalo orang itu adalah elo! Cowok sombong yang keras kepala!"
Ali tertawa. "Bocah tengil, gue benar-benar udah suka sama lo. Pesona lo luar biasa buat gue. Tidakkah lo merasakan yang sama?"
"Nggak!"
"Bohong lo! Gue liat waktu Ayah lo ngenalin kita berdua, lo sampai bengong ngeliat gue." tembak Ali percaya diri.
"I... Itu bukan..." Prilly tergagap. "Itu bukan bengong karena apa, tapi karena gue kaget lo yang akan jadi calon suami gue!" ujarnya berbohong.
Dalam hati, Prilly membenarkan ucapan Ali. Ia terpesona dengan sosok Ali, tapi ia gengsi untuk mengakui hal tersebut pada pria menyebalkan ini.
Ali tersenyum. "Terserah apa alasan lo, tapi percayalah gue tau. Gue akan buat lo jatuh cinta sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE | AP STORY (HIATUS)
FanficPrilly, wanita pendiam dan penyendiri. Terlahir sebagai anak serba berkecukupan, tapi ternyata ia tumbuh menjadi wanita kuat dan mandiri. Ia lebih suka menutup diri, dan tidak ingin ada seorang pun yang masuk lebih dalam tentang dirinya. Hingga pada...