Hari ini acara gathering kantor Ayah diadakan di sebuah Ballroom Hotel di kawasan Jakarta Selatan. Semua pengusaha yang menjalin kerja sama dengan Ayah akan berkumpul. Bunda dan Max hari ini tidak praktek demi acara gathering. Bunda diminta oleh Ayah untuk mempersiapkan Prilly dengan dandanan yang mempesona.
Jelas saja Prilly harus tampil menawan, karena hari ini adalah hari pertunangan Prilly bersama seorang pria bernama Tuan Lian, yang bahkan hingga saat ini belum diketahui rupanya seperti apa oleh Prilly.
"Bunda, orangnya seperti apa sih? Pasti mengerikan!" tanya Prilly dengan bergidik.
Mereka sedang berada di kamar hotel yang sudah disewa Ayah. Prilly baru saja selesai didandani oleh orang kepercayaan Bunda di salon langganannya.
Bunda tersenyum, ia cubit pipi anak perempuannya itu. "Sayang, kamu udah nanya itu berkali-kali. Pokoknya dia nggak semengerikan yang kamu bayangkan kok. Bunda yakin kamu akan menyukainya." ujar Bunda sambil memandang wajah anaknya di cermin. "Cantiknya anak Bunda. Begini terus dong! Jangan cuek sama penampilan seperti biasanya." pujinya.
"Bun, ini kan karena Bunda juga." ujar Prilly.
Bunda tersenyum. "Kalo bukan karena acara istimewa ini, kamu nggak akan mau kayak gini. Jadi, ya udah Bunda siapin yang terbaik buat kamu."
Prilly memeluk Bunda. "Tapi, aku takut, Bun."
"Takut apa, Sayang? Bunda yakin kalau Tuan Lian bisa jadi suami yang baik buat kamu kok, Pril."
Prilly melepaskan pelukan bunda. "Bukan itu, Bunda. April takut kalau nggak bisa mencintai dia, nanti yang ada April ngecewain semuanya. Terutama Ayah."
Bunda menangkap wajah Prilly. "Ini bukan tentang Ayah ataupun Bunda, Sayang. Tapi sekarang ini adalah tentang kamu. Kebahagiaan kamu hanya kamu yang tahu. Feeling seorang Bunda nggak akan salah untuk anaknya. Kamu harus percaya sama Bunda."
Prilly menarik nafas panjang, lantas menghembusnya lambat. "Aku percaya sama Bunda."
Tok! Tok! Tok!
"Siapa, Bun?"
Bunda mencolek hidung Prilly. "Sepertinya pangeran kamu deh." ujarnya jahil.
Bibir Prilly mengerucut. "Dia jemput ke sini, Bun? Bukannya kata Ayah, kita akan ketemu di bawah?" ia bertanya panik.
Bunda mendekati anaknya. Merapikan rambutnya yang di sanggul modern dengan hiasan bunga berwarna merah, dengan menyisakan sedikit rambut menjuntai di kanan dan kiri dekat pipinya. Polesan make up natural di wajah Prilly membuatnya berbeda dari biasanya yang tanpa make up.
Long dress berwarna hitam berlengan panjang dengan bagian punggung yang sedikit terbuka, menutupi tubuhnya yang langsing. Heels dengan warna senada juga memperindah penampilannya malam ini.
"Nervous, Sayang?" tanya Bunda sambil senyum-senyum.
Prilly menarik nafas panjang, menghembusnya lagi dengan lambat. "Nggak tau kenapa kok aku jadi deg-degan gini, ya? Padahal dari tadi biasa aja." ujarnya pada Bunda.
Bunda tersenyum geli. Ia memegang dada Prilly. "Wah, kayaknya kamu harus dibawa ke rumah sakit nih. Jantung kamu berdetak sangat cepat." godanya masih sambil senyum-senyum melihat pipi putrinya yang merona merah.
"Bunda nih, godain aja! Aku serius, Bun."
Bunda mencium kening Prilly. "Kamu belum ketemu aja deg-degannya kayak gini. Gimana ketemu? Bisa langsung mati kamu karena jantungnya copot." godanya semakin parah.
Prilly memeluk Bunda. "Ya ampun, Bunda! Jangan ngeledekin aku terus dong. Aku malu nih! Aku belum bisa ngebayangin pria seperti apa yang akan jadi pendamping aku nanti, Bun. Aku takut nggak sesuai harapan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE | AP STORY (HIATUS)
Fiksi PenggemarPrilly, wanita pendiam dan penyendiri. Terlahir sebagai anak serba berkecukupan, tapi ternyata ia tumbuh menjadi wanita kuat dan mandiri. Ia lebih suka menutup diri, dan tidak ingin ada seorang pun yang masuk lebih dalam tentang dirinya. Hingga pada...