"Kamu tidak akan pernah tahu betapa berartinya kamu untuk orang lain."
- Echa -
***
Ali dan Prilly menegang di tempatnya. Tangan yang sejak tadi terikat sudah mulai meregang.
"Kenapa muka kalian tegang begitu?" sebuah pertanyaan dari balik punggung membuat mereka menoleh.
"Halo, Tuan Lian. Brando is here!" seorang pria berdiri dengan gagah di sana.
"Nichol?" Prilly mengenali pria itu.
Pria berambut sedikit gondrong dengan senyum mengembang itu, menampakkan sederet gigi rapinya kepada Prilly. Ia mengenakan pakaian semi-formal dengan setelan jas dan celana bahan berwarna abu muda, dilapisi dengan kaus hitam dibalik jasnya, dan juga memakai sneakers berwarna putih.
"Yeah, it's me, Princess!" jawab pria itu lagi dengan sedikit senyum. Lalu memeluk Prilly dengan bersemangat tanpa aba-aba.
Ali menarik pundak pria itu agar melepas pelukannya. "Apa-apaan lo berani-beraninya meluk istri gue sembarangan?!" bentaknya marah.
Prilly balas mendorong Ali. "Hei, hei, jaga sikap lo ya, Li!"
Ali melongo. "Pril, lo kok jadi ngebelain dia sih?! Dia itu yang udah nyulik lo!" ia tak terima.
"Asal lo tau, dia ini sepupu gue!"
"Sepupu apa yang mau nyulik lo begitu, hah?" Ali masih juga menggebu.
Nichol tersenyum miring sembari merapikan jasnya yang berantakan. "Sebelumnya kenalin, nama gue Nicholas Prasetio. Atau lo bisa panggil gue Nichol, sepupunya Max dan Prilly." Katanya sembari mengulurkan tangan kepada Ali.
Ali berdecak kesal dan menatap tangan itu dengan ujung matanya. Nichol menarik tangannya lagi sembari tersenyum.
"Lo tuh emang selalu tempramen, ya! Bisa nggak sih lo kalo ada apa-apa tuh nggak usah pake urat?! Ini yang gue nggak suka dari sikap lo, tau nggak?" bentakan Prilly berhasil membuat Ali semakin kesal.
"Cukup, Princess." Nichol menengahi. "Jadi begini ya, Tuan Lian, gue nggak pernah nyulik Prilly. Oke? Dia itu sepupu gue. Coba lo liat, apa ada penculikan yang keren kayak gini? Nggak ada lah! Karena semuanya cuma settingan. Dan nama Brando itu cuma nama samaran." jelasnya.
Pandangan mata mereka kemudian beralih pada keadaan sekeliling yang tampak indah. Memang benar, tidak ada adegan penculikan seperti dalam bayangannya tadi, tidak juga ada orang-orang berwajah tengil sebagai penjahat yang menahan Prilly. Semua sangat tidak sesuai prediksi.
Ada banyak lampu warna-warni yang terhias di mana-mana. Di pohon, di tiang kayu, juga atap kayu yang ada di atas kepala mereka. Ada beberapa meja dan kursi yang tersusun rapi, lengkap dengan orang-orang yang sangat mereka kenali, sedang memandang ke arah mereka dengan menebar senyum tipis.
"Terus maksud lo penculikan dan penyekapan tadi, semuanya itu bohong?" Ali tampak berang pada Nichol.
Tangan Nichol menunjuk pada orang-orang yang berada di hadapan Ali dan Prilly. "Kalian bisa tanyakan langsung pada orang-orang di hadapan kalian itu. Semua adalah rencana mereka, dan gue hanya melaksanakan tugas."
Saat ini, di hadapan mereka sedang berdiri Papa, Mama, Ayah dan Bunda. Menatap mereka dalam diam. Dan hal itu pula yang membuat mereka tidak berkutik.
"Semua ini apa-apaan sih, Pa, Ma?!" kata Ali emosi.
Mereka kemudian tertawa menanggapi pertanyaan Ali. "Surprise!!!" tak lama mereka berteriak.
"What the... ?" Ali tercengang. Begitu pun Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE | AP STORY (HIATUS)
FanfictionPrilly, wanita pendiam dan penyendiri. Terlahir sebagai anak serba berkecukupan, tapi ternyata ia tumbuh menjadi wanita kuat dan mandiri. Ia lebih suka menutup diri, dan tidak ingin ada seorang pun yang masuk lebih dalam tentang dirinya. Hingga pada...