Sosok Cantik

13K 559 13
                                    

“Tidak ada cinta yang bersemi saat pertama kali melihat, sebab yang pertama adalah kekaguman dan kedua barulah cinta. Jadi, benarkah kata ‘Love at First Sight’ itu?” –Echa–

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Billy harus terpana dengan sosok yang baru saja bersikap tegas melawannya. Sosok cantik yang ia tidak ketahui siapa namanya. Sosok yang begitu manis, menarik dan terlihat begitu dewasa di balik tubuh mungilnya. Dia adalah pemilik Rainbow Kafe ini.

Ia baru saja membuat keributan kecil yang mengundang perhatian seluruh pengunjung kafe dan pastinya juga para pegawai kafe ini, sebab salah seorang temannya baru saja dibentak habis-habisan oleh seorang pria bertubuh tinggi, atletis dan gagah, salah satu pemilik perusahaan ternama di Jakarta. Billy terkesima pada pesona wanita itu yang tampak biasa-biasa saja, namun sikapnya yang terlihat begitu tangguh dan kuat terpancar melalui auranya.

"Angie, kalau Tuan Alex belum pergi dalam lima menit, panggil petugas keamanan untuk menyeretnya keluar dari Kafe kita." Wanita itu berkata tegas pada pegawainya yang baru saja dimarahi oleh Billy.

"Ba... Baik, Non." Pegawai bernama Angie itu mengangguk takut-takut.

Wanita itu meninggalkannya dengan wajah mengeras. Billy mengikuti langkahnya ke mini bar di sana, dan tak lama ia menghilang di balik koridor membawa setumpuk kertas di tangannya.

Billy harus menahan malu yang disebabkan oleh wanita itu. Ia berhasil membuat Billy tidak berkutik dengan ucapannya. Ia sudah direndahkan dan dijatuhkan hingga ke dasar jurang oleh wanita yang tidak dikenalnya itu, tapi itu semua karena ia terlalu terpana dengan sosok cantiknya. Parasnya benar-benar menggoda Billy untuk memilikinya.

Pada akhirnya, Billy harus menghilangkan pikirannya sejenak mengenai wanita itu sebab ia tidak mau lebih dipermalukan lagi olehnya. Ia harus pergi sebelum wanita itu benar-benar memanggil petugas untuk mengusirnya. Tidak lucu bila seorang pengusaha diusir dari sebuah kafe hanya karena membuat kegaduhan di tempat tersebut. Berita yang sungguh memalukan!

Ia masih harus merapikan beberapa berkas seusai rapat kecil tadi, ketika menyadari pegawai yang bernama Angie masih menungguinya di sana. “Ngapain lo di situ?” tanya Billy ketus.

“Sa... saya... menunggu Bapak untuk... untuk keluar dari sini.” Jawabnya tergagap.

Billy berdiri dengan sempurna. “Heh, lo! Tanpa lo tungguin pun, gue akan keluar dari sini! Lo tenang aja kali! Nggak liat apa lo kalo gue lagi beresin berkas-berkas? Hah?!” bentaknya lagi kejam.

Angie tertunduk. “Ma... Maaf, Pak. Sa... Saya... hanya mengikuti perintah Non Prilly.” Ujarnya ketakutan.

“Oh, jadi bos lo itu namanya Prilly?” tanya Billy memelototinya.

Angie mengangguk ragu. Billy menutup Macbook-nya dengan kesal. Angie masih menunggunya untuk pergi dari Kafe.

"Namanya Prilly... Siapa sih dia? Pertama kali gue ngeliat cewek yang bisa begitu tegas berhadapan sama gue cuma dia doang. Cewek-cewek di luar sana kebanyakan begitu mendamba dan menginginkan gue. Tapi ini? Gue yang menginginkan dia. Dia berbeda. Terlalu berbeda dari wanita lainnya. Dan sepertinya gue jatuh hati sama dia.” batinnya penasaran.

Billy membawa Macbook dan beberapa berkas di tangannya, hendak meninggalkan kafe tersebut. Tiba-tiba pegawai kafe nampak gaduh ke sana ke mari. Angie pun sudah ikut menghilang bersama pegawai lainnya. Billy menghentikan langkahnya di depan bar.

"Sifat alami manusia adalah rasa ingin tahu yang terlalu besar terhadap sesuatu hal." batinnya lagi ketika melihat pegawai laki-laki masuk ke dalam sebuah ruangan.

ALONE | AP STORY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang