A Struggle Heart

2.8K 212 27
                                    

"Cinta akan mengajarkan kita untuk menurunkan ego agar tak ada yang tersakiti."

- Echa -

***

Ali melirik jam tangannya. 13.10.

Ia baru saja tiba di Jakarta, setelah beberapa hari kemarin ia berada di Bali untuk bersantai sejenak dari semua kegiatannya, juga ingin menenangkan pikiran dari permasalahannya dengan Prilly tempo hari. Kepergian Ali mungkin membuat Prilly merasa sedikit senang, karena tidak ada yang mengganggu hari-harinya. Akan tetapi, tidak menyenangkan sama sekali bagi Ali, sebab ia mulai merasa rindu dengan sikap menyebalkan Prilly kepadanya.

Ali menyadari jika sikapnya kemarin salah, tapi sikap Prilly juga sama salahnya. Prilly terus-menerus menghakiminya tanpa mau mendengar penjelasan apapun darinya. Padahal Ali tak tahu sama sekali mengenai kepergian Tata yang tiba-tiba itu, tapi entah kenapa, Prilly selalu menganggapnya terlibat dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan Tata.

Akan tetapi, Ali sudah memutuskan untuk menurunkan egonya sendiri. Kepulangannya hari ini adalah untuk meminta maaf kepada Prilly atas sikapnya yang emosional kemarin, dan juga Ali ingat bahwa dia sudah berjanji di depan keluarga mereka untuk membuktikan bahwa ia memang serius mencintai Prilly dan ingin berubah.

Saat ini pun Ali berada dalam perjalanan menuju kafe untuk memberikan Prilly sedikit kejutan.

"Selamat siang, Tuan." sapa Angie yang bertugas untuk menyambut tamu.

Ali tersenyum saja. "Prilly ada di dalam?" tanyanya sembari berjalan masuk menuju kantor Prilly.

"Non Prilly sedang keluar, Tuan." jawab Angie sopan.

"Pergi ke mana? Sama siapa?"

"Saya kurang tau, tapi mungkin Mbak Lana tau, Tuan."

"Lana suruh ke sini, ya! Saya tunggu." Ali masuk ke ruangan Prilly. Ia membuat sebuah panggilan. "Halo, Pak Bono? Kamu lagi sama Prilly?"

"Tidak, Tuan. Non Prilly di kafe, tadi pagi saya antarkan." jawab Pak Bono di seberang telepon.

Ali berdecak kesal. "Kenapa kamu nggak tungguin dia di kafe, Pak Bono? Saya sudah bilang kalau kamu harus standby, 'kan? Kalau terjadi sesuatu sama istri saya gimana? Siapa yang harus saya salahkan?"

"Ma-maaf, Tuan, tapi Non Prilly yang meminta saya untuk pulang dulu, dan sore baru kembali lagi ke sana."

"Saya gaji kamu untuk jadi supir pribadi saya, dan sekarang saya pindahkan tanggung jawab kamu untuk jadi supir istri saya dan jagain dia selama saya nggak ada! Sejak kapan kamu berani melanggar perintah saya, hah? Tugas kamu mengikuti perintah saya, bukan Prilly! Ngerti kamu?!"

"I-iya, Tuan, maafkan saya."

"Ya sudah, sudah! Nanti kita bicara di rumah!" Ali menutup panggilannya dengan kesal.

TOK! TOK! "Tuan panggil saya?" Lana muncul di ruangan Prilly.

"Ya! Prilly pergi ke mana? Sama siapa?" teriak Ali pada Lana.

"Non Prilly tadi pamit pergi sama temannya, Tuan."

Kening Ali mengerut. "Temannya siapa? Echa, Nisye, dan yang lain?"

Lana menggeleng. "Bukan, Tuan. Tadi ada seorang pria yang mencari Non Prilly, dan setelah itu Non Prilly keluar makan siang. Non Prilly hanya berpesan kalau ada yang mencari, diminta langsung hubungi ke handphone saja."

"Kamu pikir saya ini orang lain, hah?! Saya suaminya! Siapa pria yang pergi sama Prilly? Billy atau siapa? Ngomong yang jelas! Kamu ini memangnya nggak kenal dengan tamu-tamunya Prilly yang datang ke sini?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALONE | AP STORY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang