Friend and New Life

7.5K 411 21
                                    

Hari yang ditunggu telah datang. Hari ini Prilly dan Ali akan melaksanakan pernikahannya. Mereka sudah tidak saling bertemu sejak makan malam terakhir. Dihubungi oleh Ali pun tak mau diangkat oleh Prilly.

Hari ini akad nikah diadakan di Masjid Istiqlal yang dihadiri oleh tamu dari pihak keluarga, kalangan pebisnis, teman-teman Prilly dan Ali. Ali baru akan bertemu dengan Prilly saat selesai ijab qabul.

Dekorasi akad nikah di konsep serba putih yang melambangkan kesucian dua hati dari insan manusia yang akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Saat ini Ayah Rezky sudah berhadapan dengan Ali dan juga disaksikan dengan seorang penghulu serta dua orang saksi. Dengan wajah tenang, Ali dan Ayah Rezky bersalaman untuk memulai prosesi ijab qabul. Ayah Rezky menatap Ali dengan serius.

"Saudara Octo Aliando Mardiansyah Bin Orlando Mardiansyah, saya nikahkan dan kawinkan anak saya yang bernama Aprillia Angelica Reyfana kepada engkau. Dengan mas kawinnya berupa uang sejumlah seratus empat puluh satu ribu dua ratus empat belas rupiah dan seperangkat alat shalat, TUNAI." Ayah Rezky menghentak tangan Ali tegas.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aprillia Angelica Reyfana Binti Rezky Aditya dengan mas kawin tersebut, TUNAI." dengan lancar dan lantang, Ali mengucapkan qabul dan semua saksi menyatakan sah.

Doa telah dibacakan, dan kini saatnya Prilly keluar untuk dipertemukan dengan Ali. Ali menunggu dengan sabar di tempatnya. Ia datang dengan gaun putih berlengan pendek yang tampak mewah, dengan pita di bagian belakangnya. Rambutnya di sanggul modern dengan sedikit hiasan di kepala. Untuk akad dibuat tidak terlalu mewah karena hanya dibuat standar. Semua kemewahan dan kemegahan diperuntukkan acara resepsi malam nanti.

"Hai, Sayang. Kamu cantik banget hari ini." bisik Ali saat Prilly sudah duduk di sampingnya.

"No comment." jawab Prilly dingin.

"Masih sedingin es." gumam Ali sambil tersenyum.

Prilly tidak peduli dengan Ali. Mereka membacakan janji suami istri serta menandatangani surat nikah, kemudian keduanya saling menyematkan cincin sebagai tanda telah sahnya pernikahan mereka.

Semua tamu turut berbahagia dengan adanya pernikahan tersebut. Bahkan para sahabat Prilly yang datang begitu heboh memberikan selamat kepadanya.

"Prilly! Ya ampun, nggak nyangka banget ya gue kalo lo bakal nikah duluan dibanding kita-kita! Secara selama ini lo tuh nggak pernah pacaran, deket sama cowok aja nggak, ya kita pikir lo bakal nikah paling terakhir!" oceh Nisye bersemangat. Mereka sedang berkumpul di dekat meja hidangan. Ali sedang bertemu dengan beberapa rekan bisnisnya.

"Nisyeee...!" seru ketiga sahabat Prilly yang lainnya, Echa, Caca, dan Adel. Mereka berlima adalah sahabat sejak SMA yang saling kompak, meski jurusan dan kampus berbeda, mereka tidak pernah lepas komunikasi.

"Emangnya elo, Nis, nggak nikah-nikah? Pacaran udah lama juga. Nikah dong!" celetuk Caca yang suka ceplas-ceplos.

Nisye manyun. "Ye, lamaan juga Echa kali. Dia kan udah tahunan sama Ayangnya. Lah gue masih hitungan bulanan."

"Ya elah, Echa mah nggak masuk itungan kali, Nis. Dibandingkan kita berdua kan lo yang awet pacarannya!" timpal Adel.

"Hahahaha, iya juga ya. Doain aja, abis ini gue nyusul deh. Nyusul ke pelaminan jadi tamu undangan. Huhuhu," Nisye berpura-pura sedih.

Echa yang sedang makan menyikut Prilly yang sedang memandangi Ali. "Kenapa sih lo, Ly? Kok nggak bahagia gitu?" tanyanya heran. Ketiga sahabatnya mulai sibuk ngerumpi agak menjauh dari Prilly.

"Nggak apa-apa." Prilly meneguk minumannya.

Echa mengangkat alisnya. "What's wrong, beb? Tell me! I know you are not oke." ia selalu menjadi yang paling tahu tentang sahabat-sahabatnya. Semuanya telah dipelajari oleh Echa bagaimana menangani mereka, dan otomatis ia akan tahu jika sesuatu sedang terjadi.

ALONE | AP STORY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang