"Jangan pernah mengambil keputusan berdasarkan ego diri sendiri, sebab banyak hal yang akan dirugikan karena ego itu."
- Echa -
================================================================
Rumah kediaman Prilly nampak sepi. Prilly yang sudah pulang setelah pengambilan darah beberapa hari lalu, masih dalam pemulihan. Ia tidak boleh pergi ke mana-mana oleh Ayah, Bunda dan juga Max. Prilly mulai merasa jenuh.
Pagi itu, Prilly sedang sendirian di rumah. Hanya ditemani dengan para asisten rumah tangga saja. Ayah ke kantor, Bunda dan Max praktek di rumah sakit. Ia yang sedang santai, mendengar bel rumah berbunyi.
"Siapa, Bi?" teriak Prilly dari arah kolam renang. Kakinya sedang dimasukkan ke dalam air sembari membaca majalah.
Bukan menerima jawaban, Prilly justru disuguhkan sebuah buket bunga di hadapannya. Ia menoleh kaget.
"Hai." seorang pria menyapa dengan senyum ramah pada Prilly. Senyum yang cukup mempesona hingga Prilly cukup lama terdiam memandangnya.
Prilly tersadar dari lamunan. "Lo, kan...?"
"Apa kabar?" tanya pria itu lagi.
Prilly mengeluarkan kakinya dari air dan berdiri menatapnya tajam. "Lo... Dari mana lo tau alamat rumah gue?" teriaknya antara heran dan juga marah.
Pria itu tersenyum. "Kalo ada orang nanya, harusnya dijawab dulu, Nona Prilly."
Prilly melongo. "Oke, lo cukup mengerikan! Lo tau alamat gue, dan sekarang lo tau nama gue! Lo penguntit, hah?" ia mulai melangkah mundur ketakutan.
Pria itu masih tersenyum dan melangkah mendekat. "Saya bukan penguntit, Nona."
"Jangan dekat-dekat, ya! Mending lo keluar dari rumah gue! Keluar!" bentak Prilly mulai ketakutan.
Tangan pria itu meraih lengan Prilly. "Kayaknya Anda nggak bisa berbuat baik pada orang yang menolong Anda, ya?"
Prilly menepis tangan pria itu dengan kasar. Seketika...
BYURRR!!! Prilly tergelincir karena kakinya yang licin dan jatuh ke kolam. Asisten rumah tangga Prilly berlari panik mendekati mereka.
"Tuan, tolong Nona Prilly, Tuan! Nona Prilly nggak bisa berenang! Dia trauma, Tuan! Tolong, Tuan!" seorang wanita yang tadi membukakan pintu untuk pria itu berteriak-teriak padanya.
Awalnya pria itu hanya diam saja, namun melihat Prilly yang berusaha meminta tolong dan tangannya sibuk menggapai udara membuktikan ia benar-benar tidak bisa berenang.
Tanpa pikir dua kali, pria itu melompat ke kolam dengan pakaian lengkap. Ia menyelamatkan Prilly yang panik di dalam sana. Pria itu membawa Prilly ke tepi, lantas mengangkat tubuhnya ke permukaan. Wanita tadi kembali ke dalam terburu-buru.
"Kenapa dia selalu menyusahkan? Selalu bertemu dalam keadaan pingsan? Astaga... Untuk mencintai saja harus sesulit ini, huh?" batin pria itu geram.
Pria itu keluar dari kolam renang. Prilly pingsan karena kekurangan oksigen. Mau tak mau pria itu memompa perutnya beberapa kali. Tak lama, Prilly terbatuk dan memuntahkan banyak air dari dalam tubuhnya.
Pria itu berdiri, saat itu juga tangan Prilly menahan langkahnya untuk melangkah. Dia menoleh pada Prilly di bawah kakinya. "Makasih, Tuan Alex." ujarnya terengah. Ia masih mengatur nafasnya.
Pria itu memang Billy. Ia berjongkok di depan Prilly. "Cukup panggil gue Billy." jarak pandang mereka terlalu dekat, hingga Prilly merasa ada getaran aneh dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE | AP STORY (HIATUS)
Fiksi PenggemarPrilly, wanita pendiam dan penyendiri. Terlahir sebagai anak serba berkecukupan, tapi ternyata ia tumbuh menjadi wanita kuat dan mandiri. Ia lebih suka menutup diri, dan tidak ingin ada seorang pun yang masuk lebih dalam tentang dirinya. Hingga pada...