When The Past Talk

6.9K 366 12
                                    

Restoran yang di reserved Ali ternyata adalah Menara BCA Skye. Pemandangan seperti apa yang ditunjukkan oleh kota Jakarta bisa dilihat dari sana. Salah satu tempat romantis yang diidamkan oleh wanita manapun. Namun tidak dengan Prilly. Seperti biasa, ia tidak tertarik dengan kemewahan yang diberikan untuknya.

Mereka cukup lama berdiam sejak keluar dari kafe sampai tiba di restaurant ini. Prilly menikmati makanannya dengan lambat. Sementara Ali menatapnya terus menerus tanpa menyentuh makanannya.

"Makanan lo dingin kalo lo terus ngeliatin gue." ucap Prilly dingin. Ia baru saja meneguk minumannya dan mengelap mulutnya dengan serbet.

Ali tersenyum. "Ngeliatin lo aja udah kenyang kok, Sayang." ujarnya, kemudian mengambil pisau dan garpu memotong steak pesanannya. "Gue sama Tata teman SMA." sambungnya memulai pembicaraan.

Prilly menatapnya datar. "Mantan."

"Iya, kami mantan kalau itu yang mau lo tau."

"Gue udah tau dari Etha." jawabnya datar saja. Ia kembali menikmati makanannya.

"Gue adalah cinta pertama Tata, dan dia itu... Cinta pertama gue. Apa Tata bilang itu juga?" tanya Ali terasa dalam dan penuh makna.

Prilly hanya meliriknya. "Dia nggak bilang. Dia cuma bilang kalo lo ninggalin dia karena cewek lain."

"Itu salah paham. Gue nggak pernah ingin meninggalkan dia, karena gue sangat cinta sama dia."

"Sangat?" tanya Prilly dengan alis yang terangkat setengah senti.

"Ya, sangat."

"Sampai sekarang?"

"Ya, sampai sekarang." singkat, padat, dan tegas.

Prilly diam, begitupun Ali. Prilly sibuk dengan makanannya, sementara Ali sibuk menatap Prilly.

"Apa hubungan gue dan Tata mengusik lo?"

Prilly menggeleng dengan tenang. "Nggak sama sekali. Bahkan gue pikir mungkin sebaiknya kalian bisa jalan bersama lagi."

Ali tersenyum. "Lo yakin nggak terusik sama sekali? Kita akan menikah dan Tata balik ke kehidupan gue. Apa itu nggak membuat lo jealous?"

"Jealous? Untuk apa? Lo tau kan dari awal gimana perasaan gue ke lo? Gue nggak cinta sama lo." ungkap Prilly lugas.

Ali meletakkan peralatan makannya. "Lo bener-bener nggak cinta sama gue?"

"Nggak!" jawaban yang berulang kali diucapkan Prilly dengan tegas tanpa ada keraguan.

"Tapi gue cinta sama lo."

Prilly menatapnya aneh. "Lo cinta sama Etha, dan lo cinta sama gue? Hati seperti apa yang ada dalam diri lo, Tuan Lian? Lo sedang mempermainkan siapa? Gue atau Etha, hah?" Kata-katanya mulai meninggi, namun emosinya masih terkontrol.

"Gue cinta sama Tata di masa lalu, dan gue cinta sama lo di masa sekarang."

"Masa lalu? Masa lalu yang dibawa ke masa sekarang? Dan masa sekarang membuat hati lo nggak bisa memilih. Bener, kan?"

Ali tertunduk dan tersenyum. "Gue nggak nyangka lo terlalu pintar. Entah hati lo yang terlalu kuat atau memang lo nggak pernah menyimpan hati lo di tempatnya." ujarnya dengan tatapan menusuk.

"Maksud lo apa?"

Ali dan Prilly saling tatap. "Apa yang membuat lo dingin ke gue? Hanya sama gue atau lo berlaku sama dengan pria lain?" tanya Ali serius.

"Semua pria sama, Tuan Lian."

"Semua pria? Tolong digarisbawahi kata itu. Memangnya lo pernah punya masa lalu yang buruk dengan pria, Sayang? Setau gue, lo nggak pernah pacaran. Ayah juga bilang kalo lo itu tertutup terhadap pria manapun. Jadi dari mana lo bisa bilang semua pria sama? Dalam hal apa?"

ALONE | AP STORY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang