123. 59 Tau

38 17 1
                                    

Bapakkucing

Kak?
Besok free bentar gak? Gue besok ada rapotan semester, harus ada wali nya. Kakak bisa nggak?

Nggk, bsk gue ad meeting. Cewek itu aja suruh dateng, cowoknya pasti ambil pny bajingan itu.

Mama udah gue coba telepon, tapi engga diangkat kak.

Ydh ambil sendiri. Gsh manja

Oke, maaf ganggu kakak. Jangan lupa makan ya kak, istirahat kalau bisa

Gimana lo bisa ngetik kayak gitu disaat gue napas aja harus diingetin sama sekertaris gue?

Maaf kak, maaf banget. Libur semester kakak istirahat aja, nanti aku yang urus

"Kana?"

Kanara mengerjap lalu menatap seorang yang memanggilnya melalui pantulan cermin. "Masih belum selesai dandan nya?"

Kanara mendengus seraya menutup liptint miliknya kemudian berdiri. "Udah Tama, gue cuma mau ke sekolah, bukan ngehadiri undangan dari investor perusahaan."

"Yaudah ayo, roti yang gue bakar keburu keras."

Kanara mengambil tas miliknya lalu mengikuti langkah Tama setelah menutup pintu kamarnya.

"ROTI GUE! PENYUSUP!" Tama berteriak dengan mata melotot tidak terima saat dilihatnya roti miliknya yang sudah dimakan habis oleh Haidar dan Harris.

"Oh, ini roti lo? Gue kira Na yang nyiapin buat kita."

"Dasar babi liar." Gerutu Tama seraya kembali memasukkan roti kedalam mesin toaster. Haidar dan Harris terkekeh, "sekali kali berbuat baik nggak ada salahnya kok Tam."

"Gue nggak suka berbuat baik." Ketusnya seraya mengambil piring dari rak.

"Wali kalian buat ambil rapot siapa?"

"Ambil sendiri lah. Orang rapot-rapot gue kok orang lain yang repot." Jawab Tama seraya ikut duduk bergabung dengan sepiring roti.

"Bang Crisht yang ambil punya gue. Biasanya juga gitu kan?" Balas Harris ringan sementara Haidar menepuk bahu Tama. "Ambil sendiri lah gue kayak Tama. Biasanya juga gitu kok."

Kanara mengurut pelipisnya pelan. "Yaudahlah gue juga ambil sendiri kayak tahun lalu."

—00—

Tama menatap sekitar aula. Disekitarnya ada anak kelas IPS satu yang artinya dia menyusup dalam barisan.

Matanya berhenti pada satu titik, kemudian dengusan kasarnya lolos begitu saja. "Lo ngeliatin ap--"

Tama menahan kepala Kanara yang hendak berputar ke arah dimana dia menatap. "Jangan lihat kesana." Dahi Kanara berkerut, "kenapa?"

"Sumber luka harus musnah dari pandangan lo, seenggaknya hari ini." Jawab Tama lugas. Kanara mendengus, begitu pegangan Tama melonggar, gadis itu menengokkan kepala.

Disana matanya dapat menangkap mamanya duduk tepat disebelah Arunika dan tengah menatap lurus ke depan. Kanara meluruskan kepalanya begitu mendengar decakan Tama.

"Susah banget dibilangin."

Kanara justru terkekeh yang Tama tangkap sebagai kekeh ironi. "Tahun lalu juga gitu kali. Nggak papa."

Tama meluruskan pandangan seraya menyenderkan punggungnya pada sofa yang dia duduki. "Gue lama-lama takjub sendiri sama keluarga besar kita, Kana. Ya gue tau, nobody's perfect, tapi keluarga besar kita terlalu kacau. Bisa-bisanya ada buat orang asing tapi nggak untuk bagian darahnya sendiri."

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang