123.62 Defensif

34 11 0
                                    

Kanara, Harris, Darren, Aksa yang kebetulan satu objek pengamatan sudah selesai dengan kegiatannya dan kini keempatnya berjalan menuju kantin.

"Tadi beneran nggak ada yang typo kan Ren tulisan gue?" Darren tersenyum geli lalu menggelengkan kepalanya seraya mensejajarkan langkah disamping Kanara. "Nggak ada, good job."

Harris memelankan langkahnya lalu mensejajarkan lagi langkahnya ketika sudah berhasil merebut tempat Darren. "Jangan deket deket cewek gue lo. Lo udah ada tunangan."

Kanara mendengus geli sementara Darren merotasi bola matanya malas. Lain lagi dengan Aksa, laki-laki itu sudah membayangkan ada makanan apa saja yang sudah disediakan.

Saat memasuki kantin dan selesai mengambil makanan, keempatnya duduk di kursi panjang dengan Kanara dihimpit Harris dan Darren, sementara Aksa didepan Kanara dan keempatnya sekarang tengah takjub dengan makanan yang ada di piring mereka masing-masing. Selang beberapa detik kemudian, teman-teman mereka yang lain ikut bergabung.

"I was so surprised when I saw rendang here. Like, hell of a thing." Ucap Sena yang baru saja bergabung di meja. Aksa mengangguk kepala, "Don't forget with the sambal matah and sambal hijau."

"I saw that there was es cendol, diujung deket es krim." Ujar Felix menambahkan, membuat Sena hampir tersedak, "Damn."

"Pasti rasanya beda sama yang biasa kita konsumsi." Kanara mengunyah makanannya lalu mengangguk mengiyakan ucapan Candra.

"Gue bahkan tadi lihat ada kerupuk." Ucap El sembari menunjuk kerupuk yang ada di nampan makanannya. Aksa mengikutin arah tangan El lalu berdecak, "anjir, kerupuk seblak lagi itu."

"Kurang telur balado doang yang nggak ada ini. Ayam balado udah ada, sayurnya tadi ada juga." Celetuk Haidar seraya menyesap es cendol miliknya. Candra ikut menceletuk, "sekalian jeroan sapi, gue belum lihat tadi."

Lalu tiba-tiba saja Harris memberikan usulan yang membuat Kanara mendengus geli. "Gimana kalau se rumah makan padang aja dipindah kemari? Sekalian gitu."

"Saran lo boleh juga tapi kalau lebih ditelaah ternyata nggak ngotak." Cetus El membuat Harris menatap El sengit. "Masuk akal kalau akal lo bisa berpikir kritis."

"Bangun aja rumah makan di daerah Tokyo, 'warung nasi padang'. Nggak perlu segala bawa rumah makannya ke sini." Kanara mendengarkan saja sembari menyelesaikan makannya. Sena menganggukan kepala setuju. "Sekalian bagi kokinya, nanti keuntungannya dibagi rata orang yang setuju sama proyek ini."

Beberapa orang menganggukkan kepalanya, ikut setuju saja karena terdengar menyenangkan dan bukan sekedar hal tidak berguna.

"Deal, ayo kapan cari chef nya?" Pertanyaan Aksa membuat Kanara menatap Darren yang juga menatapnya. Darren menggeleng terlebih dahulu tapi Kanara tetap berucap dengan senyum geli.

"Darren aja suruh jadi chef, sama felix, sama lo juga Sa."

Darren mendengus lalu mencubit hidung Kanara pelan. "Nope. Mending cari chef lain atau lo aja sana. Lo kan sempet punya cita cita punya restoran dulu."

Kanara menepis tangan Darren pelan, "dulu, sekarang nggak. Nggak bakal sempet."

"Beli tanah di Tokyo kali ya? Deket pusat wisata turis?" Tama menggeleng mendengar pertanyaan Sena. "Sewa gedung terus renovasi aja, lebih murah kalau beli tanah nanti bayar pajaknya mahal. Kalau sewa gedung, nggak perpanjang kontrak, kita nggak perlu susah jual tanah nya."

"Bayar pajak takut mahal tapi mau bangun restoran, bagus, pemikiran briliant."

"Rumah makan Padang Na, bukan restoran." Kanara mendengus, "sama aja Harris." Harris menggeleng, tetap tidak setuju. "Enggak, nggak kerasa lokal kalo pake kata restoran."

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang