2.1 Sang Gemerlap Malam

239 40 12
                                    

"Ya gue akuin lo tolol, tapi gapapa. Seneng gue tuh kalau ada temen se-perotak-kan, hehe."
-Haidar


-00-
Kepala Harris bergoyang mengikuti ketukan musik yang menggema di seluruh penjuru ruangan dengan kerlap-kerlip yang menusuk mata. Lidahnya ia julurkan keluar untuk membasahi bibirnya yang kering. Tampilan laki-laki itu tidak berantakan, jaketnya masih terpasang rapi, rambutnya masih terlihat seperti habis di terpa angin malam, sebab yang berantakan memang bukan tampilannya tapi mentalnya.

Harris menarik napas panjang-panjang, bau asap rokok, vape, bercampur wangi ruangan dan bau alkohol menyatu menjadi satu. Kepalanya mulai pening saat dia selesai meneguk cairan yang ada di dalam gelas kaca bening dengan lekuk cantik yang di genggamnya. Para perempuan penggoda di sekitarnya terus menggoda Harris tapi Harris sepenuhnya menghiraukan mereka.

Goyangan kepalanya melemah, "lagi," paraunya pada bartender laki-laki di depannya. Bartender itu menatap Harris sebentar sebelum kemudian mengisi gelas Harris dengan air putih.

Harris tertawa parau saat menerima gelas dari bartender dan membau gelasnya. "Bang gue belum mabuk. Kasih gue yang asli."

"Stop. Lo bisa sangat nggak terkendali kalau mabuk." Ujar sang bartender tinggi tersebut dengan nada datar, ingatannya spontan terputar saat Harris melempar botol wine kosong kepada kepala salah satu pengunjung lain hingga menerima delapan jahitan dan hampir saja dituntut.

"Kenapa lo peduli? Mereka aja enggak." Wajah Harris memerah, dia menatap bartender di depannya dengan pandangan menelisik namun sayu.

"Tapi karena mereka, lo enggak di tuntut ke pengadilan, bego." Harris tertawa sengau, "munafik mereka. Munafik!" Tangan Harris meraup rambut di kepalanya lalu menggeram dan menggumamkan kata-kata rancu. Sang bartender menghela napas lalu merogoh saku untuk mengambil ponselnya. "Halo Ras?"

"Ya?"

Sang bartender jadi ragu-ragu saat menerima respon jutek dari penerima telpon.

"Tuh cecunguk berulah lagi? Gue nggak di Indo, barusan sampe di Swedia. Call yang lain."

Tuttt....tuttt

Sang bartender menghela napas saat panggilannya dimatikan secara sepihak. "Sparkling pomegranate satu bang"

"Big no little boy." Sahut bartender itu cepat. Harris kembali meracau sementara sang bartender memilih memutar otak dan menghubungi nomer lain yang sekiranya masih aktif.

"Halo Dar?"

"Iya bang?"

"Hah? Pelan banget suara lo nyet?! Nggak kedengaran gue!"

"Bentar duh, aduh! Bentar gue turun dulu."

"Hah?!"

"Bentar aduh!"

"Hah?! Kerasan dikit lah kalo ngomong! Ini gue di club kalo lo lupa!"

"IYA NIH GUE HAIDAR! APE BANG?!"

"Anjir! Sini bisa nggak?"

"Gausah mencoba membawa gue ke jalan setan ya bang! Gue udah masuk soalnya!"

"Malah ngelawak! Harris mabuk ini!"

"Lagi?? Oke, gue kesana!"

Tutt....tuuttt

Lagi-lagi telepon dimatikan sepihak oleh sosok yang di telpon sang bartender. "Anak muda jaman sekarang itu besar badan doang otak kecil."

"Bang," sang bartender mengalihkan perhatiannya pada Harris. Laki-laki itu menunduk, rambut hitamnya berkilau di terpa cahaya warna-warni.

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang