123.61 study tour

44 10 1
                                    

Pagi ini, tepatnya pukul 5 pagi, Kanara-dengan wajah berseri--sudah duduk di kursi kemudi dan Tama-dengan wajah masam--di samping kemudi, keduanya bersiap untuk menjemput Haidar dan Harris di apartemen masing-masing karena kedua orang itu bilang malas membawa mobil untuk dititipkan di wilayah sekolah selama study tour.

Tama mendengus, "jangan ngebut, nanti kita mati berdua. Gue masih belum puas ngatain Candra." Kanara mendengus geli, "iya Tamaa, gue nggak ngebut, janjii."

Kanara mulai menjalankan mobilnya sementara Tama mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu sibuk mengetik pesan seraya bergumam. "Menurut lo bagus mana antara dikuliti hidup-hidup atau dibakar hidup-hidup?"

Arana mengerutkan dahinya, "pertanyaan lo kalau pagi-pagi gini emang suka ngelantur ya?" Tama mendengus, "udah jawab ajaaa, biar cepet selesai."

Arana berpikir sebentar lalu menjawab ragu-ragu, "dibakar hidup-hidup." Tama mengangguk lalu mengetikan pesan dan mengirimkannya.

"Buat apaan deh?"

"Ya buat bakar orang hidup-hidup."

Kanara mendengus lalu memarkirkan mobil di lobi apartemen Harris dan Haidar. "Udah kayak pembunuh kelas atas aja jawaban lo."

"Emang."

"Hah?"

"Emang bohong maksudnya." Tama tertawa lalu mengaduh saat Kanara mencubit pipinya kuat-kuat seraya mendengus. "Salah gue emang, percaya segala."

Harris membuka bagasi lalu memasukkan koper miliknya. "Bomber gue beneran udah kan?" Tama menyambar, "lo udah tanya tujuh kali sejak tadi pagi anjir, punya trust issue ya? Kelihatan sih."

Harris cemberut, menutup pintu bagasi, masuk ke dalam mobil lalu menyempatkan diri untuk memukul kepala Tama sebelum duduk. Kanara tersenyum kecil, "udah Ris, tuh dibawah hoodie nya Haidar, disamping lo. Haidar mana?"

Bertepatan dengan pertanyaan Kanara, pintu bagasi kembali terbuka, menampakkan Haidar --dengan muka bantal--memasukkan kopernya lalu menutup bagasi dan masuk ke dalam mobil. Kanara menjalankan mobilnya lalu menggeser dua minuman hangat ke kursi belakang.

"Na, kemarin Darren chatting sama gue." Harris membuka topik baru seraya membuka tutup cup teh, Kanara menggumam. "Tumben? Ngapain?"

Haidar mendengus dengan tatapan setengah sadar, "pasti nanyain lo." Gumamnya sebelum pulas, membuat hyunjin memindahkan minuman di tangan Haidar agar tidak tumpah.

"Ajak kita berangkat sama-sama. Gue, lo, sama Haidar."

"Terus gue suruh berangkat sendiri? Gue turis disini." Celetuk Tama yang dibalas tatapan julid Harris. "Lo bukan temen Darren, nggak diajak deh."

Kanara mengangguk pelan, "kita aja sama luisa doang yang diajak?"

"Luisa nggak diajak Na, emang sinting Darren. Gue tanya gitu katanya Lui dianter supir, maksud gue kan kayak, harusnya dia punya inisiatif anjir, ah, nyebelin banget kayak babi."

Kanara mendengus, "emang nyebelin, nggak punya hati, tega banget kayak gitu padahal Luisa nggak salah apapun. Susah banget hargain perasaan orang. Pantesan dia chat lo bukan gue, kalau gue pasti udah gue maki terus gue block nomor nya."

Tama terkekeh geli, "namanya juga nggak suka, sifat orang beda, cara orang tanggapinnya beda, pola pikir mereka beda, mau kalian maki maki sampai berbusa juga kalau Darren masih kekeuh nggak akan ada gunanya. Lagian itu tunangan Darren juga nggak mau nyerah padahal disakitin mulu. Bego juga."

Kanara menatap Tama sengit sekilas diikutin tatapan super menghakimi dari Harris. "Manusia nggak punya hati nggak bakal paham posisinya Luisa."

Kanara mengangguk mengiyakan, "lagian Lui nggak maksa nempel nempel Darren, dia berusaha buat Darren move on pelan pelan. Darrennya aja kayak anjing."

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang