123.31 H+3 Theater Show

89 19 106
                                    

Kanara menghela napas lelah seraya mendudukkan dirinya di kursi depan piano. Sebenarnya dia sudah sangat lelah saat evaluasi tadi, apalagi Darren bersikeras membuat perusak meja tenis jera dan berimbas pada semakin lamanya evaluasi malam itu. Belum lagi penataan panggung dan segala perlengkapan juga gladi bersih.

"Mau kopi?"

Kanara berbalik lalu cemberut, "mau tidur." Raka mendengus, "manja. Biasa dikerja rodi juga." Dahi Kanara tertekuk dengan raut sebal luar biasa. "Nyelekit asu, pantes lo jomblo."

Raka mendudukkan diri di kursi piano lain yang berhadapan dengan Kanara, jadi posisi mereka saat ini berhadapan tapi di batasi dua piano.

"Gue kira lo udah terbiasa. Candra kan juga nggak ada otak kalau ngomong."

"Oh, jadi lo ngaku kalau lo nggak ada otak?" Raka memutar bola matanya.  "Lo yang nggak ada otak disini. Udah tau toxic masih aja mancing." Kanara menatap jam tangannya lalu mendengus, "jangan buang waktu, sekarang udah lewat tengah malam ya asu. Latihan sekali, kalau lancar langsung selesai oke? Oke! Deal!"

Raka kembali memutar bola matanya malas, "emang lo inget urutannya?" Kanara menatap Raka tidak percaya, "ini lo nggak nyuruh gue nyebutin karya Beethoven yang kita tampilin dari awal sampe akhir kan?"

"Ayo mulai." Raka mulai menekan tuts pianonya lalu selang beberapa detik kemudian Kanara ikut menekan tutsnya, menyamakan melodi dan mengubah harmoni dengan halus. Detingan adu piano dari Raka dan Kanara memenuhi ruangan.

Gerakan jari Kanara makin cepat saat pergantian simfoni menuju sonata. Piano Sonata no 14 atau yang lebih dikenal dengan Moonlight Sonata memenuhi ruangan musik, tak cukup sampai disana, Raka kembali menimpali permainan Kanara dengan permainannya hingga beberapa menit setelahnya Kanara menghembuskan napas lega.

Terdengar decakan kagum dari arah pintu ruang musik diikuti tepuk tangan kecil. "Kalian nggak ada rencana buat orkestra berdua gitu?"

Kanara dan Raka menoleh bersamaan. "Tumben belum tepar Sa?" Aksa tersenyum tipis, "nggak ngantuk. Ini penampilan perwakilan buat besok? Kalian ngusung konsep apa emang?"

"Besok juga tau." Raka menimpali cepat lalu memberikan gestur mengusir pada Aksa. "Silahkan keluar." Aksa cemberut lalu menekan asal tuts piano. "Na, kapan-kapan duet sama gue yuk."

"Yakin?"

Ketiga orang itu serempak kembali menatap ke arah pintu ruang musik yang terbuka dan menampilkan Segara dalam balutan hoodie hitam dan celana training sewarna.

"Gue juga bisa main piano anjing." Segara mendengus lirih lalu menarik senyum miring. "Lo tau bukan itu maksud gue." Ujarnya sebelum kemudian melangkah menjauh meninggalkan Aksa yang membeku dan Kanara yang bingung serta Raka yang lempeng-lempeng saja.

Aksa mengerjap, "pokoknya nanti sempetin duet sama gue ya! Hoam! Gue tidur dulu! Selamat pagi sayang! Dah!"

—00—

"Ka! Raka setan! Bangun weh!"

Raka membuka matanya lalu menatap sosok di depannya dengan sayu. "Lo cosplay jadi penjaga neraka?"

Kanara melotot lalu menimpuk kepala Raka dengan bantal sofa. "Ini Maleficent! Dasar gaptek!" Kanara menegapkan badannya lalu memegangi tanduk buatan di atas kepalanya.

"Buruan mandi sana ah!" Raka melirik jam besar yang terpasang. Pukul setengah enam pagi. Mata cowok itu kembali menatap tanduk Kanara lalu mendengus.

"Sejak kapan Maleficent jadi anggota Disney?"

"Sejak dia nongol di TV. Udah sana ah buruan!" Raka merotasi bola matanya lalu berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Kanara berdiri lalu duduk di salah satu kursi rapat yang disulap menjadi area konsumsi.

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang