123. 43 Beda

53 13 21
                                    

Begitu sampai di tempat tujuan, Barata, Kanara, serta sekertaris keduanya langsung diantar menuju hotel yang terdekat untuk beristirahat selama beberapa jam sebelum kemudian kembali di jemput oleh mobil untuk berangkat menuju tempat dimana rapat berlangsung.

Kurang lebih rapat tersebut berjalan selama dua jam lima belas menit. Setelah selesai, Kanara mendapat menawarkan untuk diajak berkeliling di sekitar perusahaan yang mana langsung Kanara setujui, sekalian cari sarapan begitu pikirnya. Barata menyuruh Rakshan untuk ikut, Kanara setuju saja, tidak masalah. Toh Rakshan bukan tipe orang yang menjengkelkan.

"Waktunya dua jam, tidak boleh lebih. Kita lanjut ke Thailand buat peresmian gedung baru. Paham Kanara?"

"Paham kak."

-00-

Plak

Satu tepukan keras Haidar layangkan pada pantat Aksa, sang pemilik tidak terganggu, kesadaran sepenuhnya ada pada langit-langit kamar.

"Bangun gak lo? Udah jam delapan!" Haidar menggoncang kan bahu serta kepala Aksa bergantian sampai akhirnya Aksa berdecak.

"Gausah bohong kayak bunda deh, alarm jam 6 gue baru bunyi beberapa menit yang lalu." Ketus Aksa seraya menarik selimutnya hingga ujung kepala.

Haidar menyerah, jadi laki-laki itu memutuskan untuk melangkah terlebih dahulu ke bawah, tepatnya pantry basecamp untuk membuat kopi.

Setelah acara hari Minggu kemarin, memang beberapa dari mereka--Haidar, Harris Felix, dan Aksa-- memutuskan untuk kembali tidur di basecamp dengan alasan masing-masing, sedangkan yang lain pamit pulang

"Masak apa?" Haidar menggaruk perutnya dengan setengah kesadaran yang sepertinya masih tertinggal di langit-langit kamar.

"Udang asam manis."

"Lo ngapain Ris? Pasti ngerusuh doang. Mending buatin gue kopi." Harris yang tengah sibuk dengan penggorengan langsung menoleh. "Diem. Gue mau eksperimen."

"Siapa mau eksperimen? Mau dimarahin Segara?" Harris kembali sibuk dengan kegiatannya, mengabaikan peringatan Aksa sementara Haidar mendekati coffe marker.

"Mending mandi dulu sana kalian, nanti kita telat." Perintah Felix seraya kembali mencicipi apakah masakannya sudah pas atau belum.

"Ya kalau telat, bolos aja." Ujar Harris seraya mematikan kompor induksi dan mulai memasukkan tusukan buah dalam penggorengan berisi gula cair.

"Nggak bisa. Ini udah masuk Minggu tenang." Haidar batal menyeruput kopinya. "Ya Allah, udah masuk minggu setan aja."

"Males banget ngerjain latihan soalnya gue anjir."

"Akuntansi apalagi. 75 soal gue nggak ada yang ngerti dong semester dua kemarin."

"Ngeluh pun pasti tetep kalian kerjain kan? Jadi sekarang mandi, nggak usah alasan lagi. Ini sarapannya bentar lagi jadi."

Felix tidak salah. Harris, Haidar dan Aksa memang hobi mengeluh tentang pelajaran, tapi Felix tau, dibalik keluhan itu, ketiga temannya pasti sudah berusaha sangat keras dan sampai pada titik lelah sementara.

"Iyalah Lix. Ngeluh banyak, usaha juga. Nilai semester ini pun nggak boleh sampe turun." Balas Aksa malas. "Kalo turun, hilang nama gue dari KK."

Haidar merogoh sakunya lalu masuk ke dalam ruang obrolan grup berisi tiga orang.

Babunya Na (3)

Na? Udah sampe atau belum?
Ini disini udah pagi, ini gue mau cuci muka terus berangkat sekolah

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang