123.37 I'm proud of you

61 19 11
                                    

"ini si Harris nggak bakal mati kan ya?"

Kanara berdecak lalu mulai menginjak pedal gas. "Kalo dia mati, kemungkinan terbesar kita bisa bertahan gak?"

Bibir Haidar langsung terkantup rapat saat menyadari pertanyaan Kanara memiliki jawaban mutlak meskipun tidak ia jawab. Pandangannya ia alihkan pada jendela mobil. "Serasa punya supir pribadi gue, hehe."

"Babi emang lo Dar." Haidar terkekeh mendengar penuturan lempeng dari Kanara. Lelaki itu lantas mengeluarkan ponsel miliknya, "mau denger lagu baru yang gue buat nggak Na?"

Kanara mengangguk semangat. "Gue orang pertama?" Haidar mengangguk dan tersenyum seraya tangannya mengotak-atik ponsel miliknya. "Iya, seperti biasa, kalo bukan lo, ya Harris yang jadi pendengar pertama lagu gue."

"Tentang apa?"

"Mata ke tiga." Dahi Kanara berkerut samar, tidak dapat menangkap maksud Haidar. "Hah? Mata ke tiga gimana? Mata batin? Mata hati?"

"Iya, mata hati, yang nggak bisa bohong sama dibohongi."

Bibir Kanara langsung terkantup rapat. Matanya dia fokuskan pada jalanan yang makin padat, sementara Haidar menekan tombol play pada ponselnya.

"Mau gue ceritain detail nya gak Na?"

"Hah? Boleh."

"Ini tentang seseorang yang mau mata hatinya kebuka biar dia mampu mengenali dirinya sendiri. Dia tau lingkungannya toxic tapi dia nggak bisa untuk nunjukin itu, makannya di berharap mata hatinya kebuka, biar pikirannya juga lebih ikut terbuka dan ngeganti mindset dia."

"Lo banget ya,"

"Kita banget. Lo, gue, sama Harris."

—00—

Jam istirahat berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Kini Kanara dan yang lainnya sudah duduk di tempat masing-masing dan mulai makan. Kanara menghela napas pelan saat matanya menangkap Arunika duduk di satu meja yang sama dengannya.

Kanara sudah memikirkan hal ini kemarin, dia tidak boleh menyalahkan Arunika, dia tidak boleh marah pada Arunika. Gadis itu tidak tau apapun soal hubungan antara dirinya dan Candra.

Kanara memilih mendengarkan saja saat Raka mulai membuka pembicaraan dengan Arunika soal dimana Candra hari ini.

Haidar sudah sibuk dengan Sena dan Aksa. Sibuk mengunjing Candra bahkan memasang taruhan untuk satu pukulan pada wajah Candra. Untung saja Felix menghentikan ketiganya untuk mempertaruhkan sesuatu lagi.

Tapi sepertinya Felix gagal, ketiganya masih menyempatkan untuk berdiskusi soal taruhan yang makin Kanara dengar makin kurang ajar.

"Stop lah, Candra masih temen kita." Felix mencoba menghentikan ketiganya sekali lagi. Sementara tanpa Kanara sadar, Arunika sudah pamit untuk kembali ke kelas pada Raka.

"Kata siapa temen gue? Ngaco banget." Haidar menjawab salty diikuti anggukan Aksa.

"Semakin kesini, agaknya gue semakin merasa gedek. Gak bohong sumpah!"

"Bisa bisanya Kanara tahan saudaraan sama Candra. Ya kan Na?" Tidak ada jawaban. Kanara sibuk berkutat pada pikirannya.

"Na?" Kanara mengerjap. "Apaan?" Matanya menatap sekitar, "Arunika mana?"

"Udah balik. Lo ngapain segala ngelamun?" Kanara mendengus sementara Haidar menceletuk ringan. "Biasa, hobi overthingking Na itu."

"Dih. Oh iya, kalian nanti beneran jadi balapan?" Sena mengangguk beberapa kali."Jadi lah, masalah harga diri nih."

"Yang jadi ikut siapa aja emang? Sena, Segara, Candra doang?"

"Dua nama udah fix sih, tapi yang terakhir bodo amat mau ikut apa enggak."

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang