123.11 Tertangkap

80 25 23
                                    

Seusai Candra pergi, Kanara memutuskan untuk berendam dengan ditemani lilin aroma dan iringan musik dengan beat yang bersemangat dari ponselnya.

Tapi alunan musik itu dengan tiba-tiba berubah menjadi nada dering ponsel, yang artinya sedang ada panggilan masuk untuknya. Kanara mengeringkan tangannya lalu menjawab telepon tersebut dan menyalakan speaker.

"Ya halo dengan Kanara disini?" Sang penelpon mendengus geli.

"Sawan lo Na?"

Kanara terkekeh saat suara dengan nada heran terlontar dari mulut sang penelpon. "Apaan Dar?"

"Lo nggak papa kan? Candra nggak ngelukain lo kan?"

Kanara menarik seulas senyum lalu menghela napas pelan sebelum menjawab pertanyaan Haidar. "Gitu-gitu dia saudara sedarah gue anjim, mana mungkin kan dia ngelukain gue?"

"Masalahnya Candra selalu lupa bawa otak nya tiap kali lo ajak diskusi. Kasar banget dia kalau sama lo."

Kanara mendengus, Haidar tidak sepenuhnya salah, Candra memang cenderung frontal dan kasar saat berbicara padanya, padahal dulu cowok itu yang paling anti kasar padanya. Tapi Kanara paham, Candra pasti merasa marah kerena masalalu dan membuatnya menjadi pemuda yang keras kepala serta sedikit kasar.

"Nggak papa. Meskipun dia selalu bawa pisau lipat di sakunya, dia nggak ngeliatin benda itu kok tadi."

"Gue tanya tentang perasaan lo, Na. Pasti Candra ngasih goresan baru ke hati lo."

Kanara terkekeh saat ucapan Haidar tepat sasaran. "Halah, apaan banget bahasa lo. Nggak papa gue asli, Candra ya emang gitu kan orang nya."

"Dahlah Na, emang lo tuh nggak mau gue khawatirin kek nya."

Kanara tersenyum tipis, benar, dia tidak mau di khawatirkan oleh siapapun karena menurutnya, hal itu akan membebani seseorang. Karena cukup, dia terlalu banyak membebani orang lain. "Ya emang nggak mau."

"Lo sekarang di basecamp?"

"Yoi, lo nanti mampir?"

"Enggak, habis nganter Aru pulang gue langsung balik. Bokap pulang hari ini."

"Lah Candra kemana? Kok tumben bukan dia yang nganter?"

"Mana saya tau, saya kan ikan."

"Jaga diri lo anjim."

"Ahahahahah, tanpa lo suruh juga tetep bakal gue lakuin. Yaudah ya, bye monyet."

"Bye anjing."

Panggilan terputus dan musik kembali terputar dari ponsel Kanara. Gadis itu menghela napas lalu memutuskan untuk selesai berendam.

Dia ingin tidur.

—00—

Kanara terbangun saat mendengar suara keributan di lantai bawah. Gadis itu menyerngit saat merasa familiar dengar suara tersebut.

Dia buru-buru menuruni tangga lalu matanya menangkap Aksa dan Sena yang duduk manis dengan ditemani secangkir kopi dan sedang asyik menonton perdebatan alot antara Candra dan Harris.

Kanara memutar bola nya jengah, tidak habis pikir sekali. "Kalian ngapain sih?!"

Aksa melambaikan tangan pada Kanara, "sini Na. Ngomong-ngomong kok nggak ada popcorn ya? Padahal biasanya selalu nye-tok." Sena mengangguk mengiyakan. "Yang ada malah jagung utuh banyak banget. Baru panen atau gimana? Atau kita alih profesi jadi tukang jual jagung bakar?"

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang