123. 67 sisa-sisa luka

32 9 1
                                    

Klaras
Papa mukulin gue gara-gara lo nggak becus urus perusahaan.
Lo bisa nggak sih jadi berguna buat papa sekali aja? Kalau nggak bisa kenapa nggak mati aja? Gue nggak butuh luka dari papa karena dia marah sama lo.

Klaras
Gue benci banget sama lo Ris, gue nggak suka luka tapi karena lo gue selalu dapet luka

Ras, maaf

Klaras
Sampai lo matipun nggak akan pernah gue maafin.

Maaf Ras

Klaras
Lo mati berkali-kali juga nggak akan gue maafin. Lo nggak akan pernah dapetin maaf dari gue.

Harris menghela napas berat, matanya menatap langit-langit kamar hotel. Hanya ada dirinya dan Haidar, tetapi Haidar sudah pulas. Candra dan El entah kemana. Harris beranjak dari kasur lalu masuk kedalam kamar mandi. Mata laki-laki itu menatap pantulan kaca lebar di depannya lalu melepas atasannya.

"Gue juga luka, tiap satu jam gue di rumah, gue selalu dapet luka baru Ras." Gumam Harris lirih seraya membalik badan lalu menengokkan kepalanya ke belakang untuk menatap luka-luka di punggungnya yang dibalut perban.

"Maaf Ras, gue selalu gagal lindungin lo dari papa." Gumamnya pelan seraya kembali memakai bajunya lalu menutup pembuangan air kran seraya menghidupkan kran air. Membuat air menggenang dalam wastafel. Harris menatap pantulan dirinya di cermin.

"Kenapa gue gagal? Kenapa selalu gagal?" Harris mematikan kran air ketika wastafel sudah di penuhi air. Isi kepalanya penuh, tetapi yang paling terdengar hanya satu.

'Tenggelamin diri lo sendiri. Kalau lo mati, lo nggak akan kesakitan lagi dan dapet luka baru lagi dari papa.'

Harris menatap genangan air dengan tatapan kosong lalu memasukkan kepalanya ke dalam air. Tiga puluh detik, Harris masih diam diposisinya.

Satu menit, napasnya terasa mulai sesak, pandangannya mulai memburam. Tiga puluh detik setelahnya Harris meremat kuat tepi wastafel, hidungnya menghisap air cukup banyak dan membuat dirinya tersedak dengan posisi kepala masih di dalam air.

Sedikit lagi, sedikit lagi dia kehilngan kesadarannya. Sedikit lagi dia mendapatkan ketenangannya.

—00—

Haidar mendobrak pintu kamar mandi dengan keras beberapa kali sampai akhirnya terbuka. Matanya membelalak panik saat melihat Harris.

Haidar menarik kasar lengan Harris lalu menampar Harris keras. "Anjing gila lo hah?!" Harris hanya menatap nya dengan pandangan kosong, masih belum bernapas karena Harris belum sadar bahwa dirinya tidak lagi di dalam air.

"HARRIS! NAPAS!" Haidar kembali menampar pipi Harris dengan raut panik. Harris menatapnya dengan mata bergetar lalu bernapas dengan panik dan sebanyak mungkin.

Harris jatuh terduduk lalu mencoba bernapas pelan-pelan seraya menunduk, tidak berani menatap mata Haidar. Haidar mengetatkan rahang lalu mengambil satu handuk dan mengeringkan rambut dan muka Harris perlahan.

"Ris?" Harris bergumam pelan seraya mengalihkan pandangannya asal tidak menatap Haidar.

"Gue cuma punya lo sama Kanara. Kalau mau coba kayak gitu lagi coba inget inget gue sama Kana yang masih butuh sama lo. Kita harus survive sama-sama kan?"

Harris menganggukkan kepalanya pelan, Haidar benar. Mereka harus sembuh bersama-sama.

Harris memberanikan diri untuk menatap Haidar lalu bergumam serak. "Sakit, sakit semua, semuanya." Haidar mengangguk lalu memeluk Harris perlahan.

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang