123.34 drop

86 19 1
                                    

Kanara membenci suasana berkabung. Dia bahkan merasa terintimidasi oleh tatapan kasihan dan prihatin dari para rekan kerja papanya. Jadi, dia hanya tersenyum seadanya sampai semua orang pergi termasuk teman temannya dan hanya menyisakan Haidar dan Harris.

"Nangis aja, nggak papa. Udah tinggal kita bertiga."

Kanara mengalihkan perhatiannya pada piano di ujung ruangan lalu mulai terisak pelan. "Gue belum minta maaf sama papa." Cicitnya tanpa tenaga. Harris menarik perempuan itu dalam dekapannya sementara Haidar mengisyaratkan pada Harris bahwa dia yang akan membuat minuman hangat.

Tangis Kanara makin keras saat Harris menepuk pelan kepala gadis itu lalu menepuk punggungnya pelan. "Gue, kenapa gue nggak bisa sekali aja buat papa bangga?"

"Kanara,"

"Kenapa waktu ada kalian sekalipun, gue tetep ngerasa kosong? Padahal kalian rumah gue."

"..." Harris mengetatkan rahangnya, hanya kalimat sederhana tapi kenapa efeknya begitu besar pada amarahnya?

"Na, makan dulu ayo." Kanara menggeleng lalu melepas pelukannya dengan Harris. "Kenyang. Mau istirahat."

"Yaudah ayo kita anter ke kamar."

"Mau tidur di kamar papa." Kanara mencicit pelan dengan mata yang kembali berkaca-kaca tapi buru-buru gadis itu usap dengan lengan baju panjangnya lalu menarik senyum lebar. "Kangen papa, hehe."

Gadis itu melangkah ringan, berusaha tidak terlalu terlarut dengan emosinya yang membeludak dan tumpah ruah. Sementara dua orang di belakang gadis itu tengah mati-matian menahan gejolak amarah, kecewa, sedih yang bercampur jadi satu dan siap meledak kapan pun.

Kanara mendudukkan dirinya di ujung ranjang milik papanya lalu menatap Haidar dan Harris dengan mata berkaca-kaca sebelum kemudian berkata dengan nada serak, "Haidar, Harris, kalau capek, kasih tau gue ya..jangan pergi tiba-tiba. Gue nggak suka."

-00-

"Na, jangan maksain diri. Kalau masih capek, masih mau sedih, diselesein aja dulu."

Paginya Haidar dan Harris kaget setengah mati saat terbangun dan tak mendapati Kanara ada di ranjang. Keduanya langsung terbangun dari posisi selonjoran di sofa dan berlarian untuk mencari Kanara yang ternyata ada di dapur dan berkutat dengan bahan dapur.

"Enggak. Ini sweet seventeen nya Raka, yakali nggak kita rayain? Kasian tau. Udah sana kalian buat rencana apa kek gitu buat ngebawa Raka kesini atau kita janjian aja buat ngerayain ulang tahunnya dimana."

Harris menggulung kemeja hitamnya, "gue mau bantu Na masak, lo sana yang buat grup. Hus hus."

"Sialan, dikata gue kucing apa main usir-usir." Haidar mencibir seraya duduk di pantry dan mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai melakukan apa yang Kanara dan Harris sampaikan.

Kanara langsung menghentikan kegiatannya lalu mengambil ponselnya yang dia letakkan dekat dengan kompor induksi.

"Halo kak?"

"Selamat pagi, kakak kamu baik-baik saja, sekarang masih tertidur, kemarin kakak tidak sempat melihat dia saat sadar karena ada urusan mendadak. Overall, Nabastala membaik."

"Ah, gitu. Makasih kak, maaf juga udah ngerepoti kakak. Nanti gue minta kenaikan gaji bu---"

"Kakak bukan orang asing Kanara. Udah nggak papa, lagian Nabastala teman kakak."

"Makasih sekali lagi kak. Kakak jangan lupa makan ya, terimakasih karena udah mau gue repotin buat jaga Kak Bas."

"Iya, bukan masalah besar kok. Kamu juga jangan lupa makan. Maaf kakak belum sempat datang kemarin."

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang