123. 26 Hadiah

76 23 15
                                    

"Permisi ijin masuk." Kanara membuka pintu dengan tergesa, napasnya putus-putus.

"Telat sepuluh menit, ambil jatah push up 30 kali." Suara monoton Raka terdengar begitu Nara membuka pintu ruang rapat. Matanya dapat menangkap semua atensi menatap ke arahnya.

"Lain kali on time. Lo nggak bisa seenaknya dateng telat." Kanara mengangguk saja di sela kegiatan push up nya.

"Maaf sekali lagi." Kanara berdiri dari posisinya dengan suara Darren menginterupsi. "Kenapa bisa telat?"

Tidak mungkin kan Kanara menjelaskan bahwa dia sempat adu mulut dengan Candra dan berakhir dia kehilangan kontrol atas dirinya sendiri? Tidak mungkin kan dia mengatakan itu semua di depan banyak orang?

"Maaf."

Darren menghela napas pendek namun kasar, tangannya yang memegang bulpoin dia ketukkan pada kursi dengan irama cepat. "Gue tanya kenapa lo telat, bukan minta permintaan maaf."

"Sempet ada salah paham sama orang tadi."

Darren menghentikan ketukan pensil pada meja lalu mengangguk dan mengendikkan dagu ke arah tempat duduk kosong di samping Raka. "Duduk cepet. Kita mulai rapat nya."

Kesimpulan yang Kanara dari rapat kloter pertama selama satu jam itu intinya, membahas lomba apa saja yang akan tersedia dan ketentuan yang kemudian di ringkas dalam bentuk pdf dan dibagikan dalam bentuk link di base twitter sekolah dan Instagram sekolah juga milik OSIS dan MPK, juga dibagikan dalam bentuk file ke setiap ketua kelas.

Kanara menghela napas lega begitu Darren memutuskan untuk mengambil jeda sepuluh menit dan di setujui oleh Raka. Kanara memundurkan kursi beroda yang dia duduki lalu mengarahkannya pada vending machine yang letaknya di dekat rak proposal.

"Na gue kopi kaleng ya."

"Gue ion water ya Na."

Kanara batal memasukkan uang sepuluh ribuan miliknya dalam mesin lalu menatap kesal pada Aksa dan Harsa bergantian. "Gak. Ambil aja sendiri."

"Na gue minta tolong nitip cola bisa?"

Kanara menengokkan kepala lalu mengangguk tanpa pikir dua kali saat Segara meminta tolong padanya. Harsa mencibir, "keadilan bagi rakyat good looking."

Aksa berdecak, "gue sama Gara tuh sama-sama good looking, anjing! Emang Na aja yang lagi pilih kasih." Dia melayangkan tatapan tidak terima pada Harsa yang malah menampilkan raut mengejek.

"Kata siapa lo good looking? Good looking an juga gue."

"Gue robek juga mulut lo anjing."

"Tangkep!" Kanara melempar, botol ion dan botol kopi pada Harsa dan Aksa lalu mendorong kursinya kembali pada tempat semula baru memberikan sebotol cola pada Segara.

"Makasih Kana ku sayang ku!" Kana menatap jengkel Aksa lalu mengalihkan perhatian pada Darren. "Udah dapet laporan kasus belum?"

"Hm? Udah. Surat do udah di urus." Kanara menaikkan sebelah alisnya. "Lo nggak mau tanya penyebabnya gitu ke orangnya langsung? Atau ke Aksa sana."

"Apa panggil-panggil gue? Gibahin gue ya?"

Kanara melengos, "kalau dia masih mau minta maaf, jangan. Kasihan. Gue nggak membenarkan tindakan dia tapi nggak sepenuhnya nyalahin karena gue nggak tau cerita dari sudut pandang dia."

"Bullying. Apapun penyebabnya dia nggak bisa bersikap kayak gitu. Dia harusnya masih bisa mikir rasional apalagi peraturan sekolah ini ketat."

Kanara menghela napas pelan. "Pertimbangan usulan gue, kasih dia kesempatan minta maaf ke Aru."

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang