123.47 Drive-thru

49 15 0
                                    

"Nggak ah, gue mau ngerjain ini aja, nanggung banget sumpah." Haidar dan Harris saling tatap seolah menyusun strategi agar Kanara mau diajak makan siang.

"Makan dulu sayang, mikir butuh tenaga."

"Nggak. Kalian aja sana yang makan. Gue kenyang sumpah, ini lagi puasa Senin-Kamis."

Haidar menatap Kanara datar, "sekarang hari Jumat."

"Y-ya kalau gitu gue puasa Senin-Kamis-Jumat."

"Makan ayo, bentar doang nggak sampe sejam." Kanara menghela napas, akhirnya menyetujui ajakan Harris dan Haidar untuk makan atau kedua temannya itu akan kehabisan waktu makan siang karena membujuknya.

Kanara tidak ikut dalam percakapan yang ada di meja kantin, perempuan itu fokus makan dengan cepat seperti di kejar polisi, begitu juga beberapa tampilan lain seperti Raka, Darren, Candra dan Segara.

Begitu selesai, Kanara langsung pamit terlebih dahulu lalu melangkah kembali menuju kelasnya untuk menyelesaikan soal biologi miliknya yang sudah sangat mepet dengan waktu pengumpulan.

Kanara menatap jam, kemudian fokus pada lembar soal miliknya dan menjawab secepat mungkin. Setelah selesai, dia kembali mengoreksi satu persatu untuk memastikan semua soal terjawab

Begitu bel masuk berbunyi, Kanara berdiri dari tempatnya lalu melangkah menuju ruang guru untuk memberikan lembar jawaban miliknya.

-00-

Suasana perpustakaan benar-benar hening meskipun penuh. Jadi jika ada suara dengan frekuensi normal, satu perpustakaan pasti dapat mendengarkan dengan jelas.

Kanara mengerutkan dahinya lalu pandangannya berpindah dari latihan soal ke buku pegangan siswa. Setelah bergumam rendah sekali, gadis itu kembali menatap soal miliknya lalu memilih opsi pilihan C.

Kanara mengerjap kaget saat tiba-tiba ada cairan yang menetes dari hidungnya dan mengotori lembar soal miliknya. Gadis itu buru-buru menutupi hidungnya lalu beranjak tanpa suara dan segera melangkah lebar ke kamar mandi terdekat kala berhasil keluar dari perpustakaan tanpa menimbulkan keributan.

Kanara membasuh tangannya lalu menunduk untuk membiarkan semua darah mimisan miliknya langsung jatuh pada wastafel. Setelah dirasa berhenti, gadis itu mulai menambah kecepatan aliran keran dan membasuh hidungnya agar bercak darah yang tertinggal hilang.

Setelah selesai, gadis itu menarik beberapa helai tisu yang disediakan lalu mengeringkan area sekitar hidungnya.

Kanara meluruskan kepalanya lalu menatap ke arah cermin. Tangannya kembali tergerak untuk menghidupkan keran wastafel lalu menundukkan wajahnya untuk dibasuh."ini yang capek fisik gue atau mental gue? Apa gue terlalu maksa diri?" Kanara mengusap wajahnya perlahan. "Atau emang sakitnya makin parah?"

Kanara kembali membasahi wajahnya, "jangan nyerah dulu ya, fisik dan mental gue, gue harus berhasil bawa Candra sama Kak Theo balik. Gue harus jelasin gimana faktanya, setelah itu, gue ijinin kalian nyerah." Kanara menarik senyum selebar mungkin. "Gini doang lo pasti bisa Na."

Gadis itu lantas berbalik untuk kembali menuju ke ruang perpustakaan. Setelah masuk kedalam gadis itu mengedarkan pandangannya sebentar saat matanya terasa berkunang-kunang lalu mulai melangkah saat pandangannya kembali fokus.

Kanara duduk kembali di tempat lalu mulai membereskan peralatan belajar miliknya dan seluruh kertas-kertas latihan soal miliknya. Saatnya istirahat. Dia tidak mau kesehatan nya menurun saat musim ujian berlangsung. Kanara menengokkan kepalanya ke samping lalu ke depan, Haidar dan Harris tidak menunjukkan tanda-tanda akan terbangun jadi Kanara memutuskan untuk mendekati telinga Haidar lalu meniup telinga cowok itu, tidak keras, tapi mampu membuat cowok itu langsung berjengit kaget dan spontan menegakkan duduknya. Sembari menunggu Haidar mengumpulkan nyawanya, Kanara berjalan memutar lalu mendekati Harris. Gadis itu berbisik pelan, "Ris, Kanara punya cowok."

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang