123.64 Truth or dare

28 10 0
                                    


Harris melanjutkan istirahat di hotel karena bertepatan juga dengan jam bebas. Kanara menemani laki-laki itu di kamarnya. Ada Darren dan Segara juga di kamar itu, memilih menggunakan waktu bebas untuk mengecek email perusahaan.

Kanara mengambil gelas air putih dari tangan Harris lalu meletakkannya diatas nakas. "Tidur, beneran tidur jangan main ponsel."

Harris cemberut, "Haidar kemana?" Kanara mendengus, "jalan jalan lah, kan dia nggak sakit." Tangannya tergerak mengelus pelan dahi Harris. "Istirahat, makan malam nanti gue bangunin." Harris mau tidak mau menurut lalu memejamkan matanya dan pulas beberapa menit kemudian.

"Na?" Kanara bergumam seraya merapikan selimut Harris. "Ada email masuk di tab lo." Tangan Darren mengulurkan tab pada Kanara membuat Kanara berdiri lalu meraih tab nya lalu duduk di kasur Darren dan Segara yang kosong.

"Na, kopi mau?"

"Bol--"

"Nggak boleh, gue aja." Kanara menatap Darren sebal. "Gue yang ditawarin Segara, bukan lo."

"Lo nggak boleh minum kopi, nanti begadang terus sakit lagi, pulang dari study tour belum tentu lo bisa banyak istirahat." Kanara menatap Darren sengit lalu terbungkam sebab Darren benar. Segara tersenyum geli, "Teh aja kalau gitu, teh chamomile."

Kanara mengangguk pasrah lalu merebahkan diri seraya kembali menatap tab nya ketika pintu kamar diketuk. Darren meletakkan tab miliknya lalu membukakan pintu.

"Gar, dicari cewek lo." Kanara ikut menatap ke arah pintu lalu melambaikan tangan singkat seraya tersenyum pada Namira dan Luisa yang ada di pintu. Darren kembali masuk setelah menerima dua minuman dari Luisa, mengambil tab nya dan ikut naik ke kasur lalu menyenderkan kepalanya pada kepala ranjang dan satu tangan terulur menempelkan minuman pada pipi Kanara.

Kanara mengengokkan kepala lalu ikut duduk dan menyenderkan punggung seraya menerima minuman dari tangan Darren. "Suap lagi nih?" Darren mendengus lalu mengangguk.

"Dari kemarin kasih suap mulu, mau lo apa?" Darren menyalakan kembali tab nya lalu mengangkat bahu ringan, "lo sehat dan masih bisa sering gue lihat. Itu cukup." Kanara mendengus lalu meminum minumannya dan kembali sibuk pada tab.

—00—

Kanara menyelesaikan kerangka laporan ketika jam menunjukkan pukul sepuluh. Arawinda mematikan tab miliknya lalu menengokkan kepalanya pada Kanara, Karin dan Arunika bergantian.

"Eh, maskeran bareng yuk." Karin mengangguk cepat, "call, akhirnya girls time ada juga. Pake sheetmask? Peel off? Gue bawanya peel off mugwort sih."

Arawinda membuka tas kecilnya, "gue bawanya sheetmask nih." Kanara membuka skincare bag nya lalu mengeluarkan masker dari sana. "Samain aja, pake masker gue Ra, biar samaan."

"Kalau gitu, lo pake punya gue aja gapapa. Sini Aru, gue bantu pakein masker." Karin melambaikan tangan pada Arunika agar gadis itu ikut bergabung duduk di atas karpet penghangat disamping kasur.

Kanara meratakan maskernya lalu membantu Arawinda meratakan maskernya. "kalau hijau hijau gini gue jadi inget es cendol yang kemarin." Kanara tertawa geli pelan lalu menunjuk Karin. "Yang paling cocok soalnya kulit dia paling putih, jarinya mirip santan yang ada cendolnya." Arawinda ikut tertawa pelan.

"Tapi yang kemarin itu rasa es cendol nya nggak enak. Padahal itu pertama kali gue coba es cendol." Sambar Karin. Kanara ikut mengangguk, "kalau mau yang enak minta buatin Aksa aja, atau Darren, atau Felix aja. Kalau buatan mereka dijamin enak."

"Beneran? Lo udah pernah coba?" Kanara menganggukkan kepalanya. "Mereka kalau gabut ada aja pokoknya, lomba masak, main balap karung sambil makan kerupuk juga pernah." Kanara tertawa geli lalu ikut duduk di atas karpet bersama Arawinda.

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang