123.17 Cekcok, lagi

71 25 22
                                    

Kanara menguap lalu menyesuaikan cahaya yang menusuk matanya. Dia mengambil ponselnya untuk mengecek pukul berapa dan apakah Candra sudah membaca pesannya atau belum.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang ternyata, dan soal pesannya tentu saja seharusnya Kanara sudah tau jawabannya tanpa memastikan. Candra tidak membaca pesannya, tidak satupun. Kanara menghela napas lalu kembali mengetikkan pesan pada Candra.

Myfratern

Kak Bas di rumah sakit. Lo beneran nggak mau nengokin bentar aja?

Setelah menekan send, Kanara menutup kolom chat lalu mematikan ponselnya. "NA MAKAN!" Kanara buru-buru menatap ke arah pintu yang terbuka dengan kasar lalu mendengus saat Haidar menampilkan cengiran lebar dengan dua tangan memegang kantung yang Kanara yakini berisi makanan, sementara Harris yang melangkah dibelakang cowok itu menampilkan raut masam.

Haidar buru-buru duduk lalu membuka kantung yang dia bawa dan mengeluarkan kotak sterofoam dari sana. "Karena gue lagi edisi kangen nasi padang, jadi menu makan kita hari ini tentu saja ayam geprek!"

Harris cemberut lalu menatapnya, "Na padahal kan gue lagi pingin makan nasi padang." Kanara membantu Haidar membuka satu bungkusan lain uang ternyata minuman, "lah terus kenapa enggak beli? Haidar minta teraktir lagi?"

"Sembarangan! Gue beli sendiri tau Na!"

"Nah terus kenapa elo nggak beli nasi padang?"

"Uang cash abis, uang Haidar nggak ada kembalian, gue males ke bank." Kanara memutar bola matanya malas. "Yaudah."

"Kok yaudah doang?!"

Haidar mendengus, "ya apa perlu Na salto dulu terus bilang 'ya terus gue harus bilang wow gitu', iya?"

"Jangan, nanti gempa."

"Maksud anda apa ya saudara Harris? Gue nggak segendut itu ya kampret! Gue seksi!"

Muka Haidar dan Harris langsung menampilkan raut mengejek, "dari mananya sih? Lo kurus banget gini juga. Kurang gizi, bukan seksi."

"Ya terus maksud nya gempa tadi apa ya?!"

"Eung, gak tau. Keluar aja dari mulut gue secara spontan gitu."

"Udah gak usah cemberut, makan aja yang bener."

"Oh iya Na, nanti malem lo disini atau mau lihat kita-kita tanding basket? Nggak usah maksa sih, gapapa juga kalau lo nggak dateng. Asli."

Kanara menelan makanannya, "dateng lah, gue kan jimat keberuntungan kalian. Kalau gue nggak dateng sih, fix tim kalian bakal kalah."

"KITA ANTI PAKE DUKUN DUKUN APALAGI JIMAT YA! PEDE GILA!"

"Ya kan gue jimat kalian. Inget lomba bola SMP dulu nggak? Yang waktu kita baru aja masuk satu semester kelas tujuh?"

"Oh yang Haidar pilek berat tapi ngotot ikut itu? Dia ngoper bola sama narik ingus mulu ahahahahaha anjim! Ngakak gue kalau keinget gituan!"

"Lo juga pilek ya anjing! Pilek semua kita bertiga waktu itu, bedanya Na sama demam tinggi. Gegara lo sih itu, segala ngambek di taman terus gak mau balik. Udah tau Na nggak suka Hujan."

Kanara menjentikkan jarinya. "Inget banget ya gue tuh, kan waktu itu sama bokap nggak ngebolehin nonton kalian. Terus selesai pertandingan kalian ke rumah sama nangis-nangis pake muka beler gegara kalah."

Harris ngedengus, "itu sedih gegara nggak menang doang kali. Apaan banget, dih."

"Apa-apaan orang kalian ngomelin gue katanya gegara gue nggak ikut terus kalian kalah. Mulai dari sana kan kalian anggap gue jimat keberuntungan."

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang