123.8 Hug support

94 26 19
                                    

Setelah agaknya menunggu satu jam, Candra mengirim pesan singkat pada Kanara yang berujung pada meledaknya Harris yang sekarang diamankan Segara dan Aksa. Isi pesan itu singkat, tapi mampu membuat hati Kanara terasa sesak.

MyFratern
Gue sibuk, besok di rooftop jam tujuh

Kanara kembali menghela napas kala sekali lagi dia selesai membaca pesan singkat Candra. Kanara menoleh pada Aksa yang menuruni tangga, "maaf."

Dahi Aksa mengerut. "Ngapain minta maaf Na? Sawan lo?"

"Maaf ngebuat lo terjebak karena masalah gue. Maaf karena ngebuang waktu latihan basket kalian gegara hal ini. Maaf." Aksa terkekeh lalu menepuk bahu Kanara dua kali.

"Jangan terlalu mikir keras apa yang seharusnya dibuat santai Na. Kasihan otak lo, asli ini gak bohong gue. Suwer."

"Harris gimana?"

"Kerasukan setan." Jawab Aksa ringan lalu meneguk sisa cola yang tinggal setengah kemudian memutuskan untuk duduk di samping  Kanara.

"Kayaknya berantem." Kanara mengerutkan keningnya, "siapa? Gara sama Harris? Kok gak lo pisah?"

"Cola sama sprite di perut gue lah, gila aja Segara sama Harris berantem. Ya jelas Segara lah yang menang. Pasti sih itu udah valid dan terbukti halal."

"Lo kata makanan?"

"Iya, makanannya setan itu ya marahnya si Harris."

Kanara terkekeh pelan. "Random lo ah." Aksa ikut terkekeh. "Manis lo Na, pantes Gara sempet suka sama lo."

"Buayanya bisa nggak di tinggalin dulu dalem air? Geli gue lo ngomong gitu, asli." Aksa terkekeh lalu berdiri dan mengambil jaket miliknya. "Gue balik dulu ya Na." Lelaki itu mulai memakai jaketnya lalu sedikit mengusak rambutnya yang berantakan sehingga terlihat makin berantakan.

"Pulang atau mau ke tempat latihan?" Kanara ikut berdiri lalu menatap Aksa.

"Pulang lah males banget ke tempat latihan. Lagian tadi udah ijin sama pelatih. Beres." Kanara tersenyum. "Makasih ya." Aksa justru tertawa. "Kayak ke siapa aja lo pake muka sungkan segala."

Kanara mendengus, "ini tuh rasa berterimakasih namanya bego." Aksa menganggukkan kepalanya sok takzim lalu melambaikan tangannya pada Kanara.

"Sini peluk Na!" Kanara langsung menatap Aksa horor. Dia tau bahwa Aksa cukup clingly, dia sudah melihat Aksa memeluk teman-temannya berulangkali tapi tetap merasa horror.

Seperti, kenapa ada manusia se-clingly itu?

"Ogah!" Kanata menolak dengan cepat lalu buru-buru menjauh dari jangkauan Aksa. Aksa tertawa lalu menarik tangan Kanara dan menumpu gadis itu saat jatuh dalam pelukannya. Kanara berdecak malas. "Lo tuh clingly atau modus sih?"

"Ini namanya hug support--gitu sih kalau kata Felix, soalnya kalau kata gue ini namanya peluk hangat--, gunanya biar lo ngerasa ada orang lain yang peduli sama lo dan enggak membiarkan lo terlarut sama masalah lo."

Kanara terdiam, benar-benar kehilangan kata-kata bahkan saat Aksa sudah melepaskan pelukan. Kanara menelan ludahnya susah payah. "Makasih." Ucapnya lirih.

"Lo bisa cari gue kok kalau lo capek. Harris sama Haidar juga bisa ke gue kalau ngerasa capek. Yang lain juga gitu, siapa aja bisa cari gue kalau capek."

"Lo bener-bener ngebuat gue kehilangan kata-kata karena kagum."

Aksa membusungkan dadanya sombong. "Iya dong, udah ganteng, mapan, pengertian, romantis, kek, semuanya itu ada di gue semua gitu. Gue aja suka kagum sama diri gue sendiri."

Kanara menarik senyum miris. "Emang bener, nggak ada yang sempurna di dunia ini. Lo nggak bisa mendapatkan semua dalam satu tubuh. Diberkati kekayaan turunan dan wajah tampan nggak menjamin lo punya otak."

"KOK NGATAIN GUE SIH NA?"

"Ya cara kerja dunia emang kayak gitu Na." Segara menceletuk seraya menuruni tangga. Kanara mendengus, "tapi rada engga adil karena ada lo. Muka, harta turunan, otak pinter, tinggi, proporsi badan bagus. Kayak apa yang lo punya selalu plus gitu."

"PUJI TEROS! MELAYANG DAH TUH SEGARA KE LANGIT!"

"KOK LO SEWOT?"

"Segara emang hampir punya semua, tapi humornya rendah banget dibawah tanah, jokenya juga joke bapak-bapak, kaku macem kanebo kering yang enggak kena air satu tahun terus juga cuek. Dih."

"Iri bilang bos!"

"Gue iri? Bye! Mau pulang aja gue!"

"Alah pundungan lo."

"Na astaga mulut lo minta dicium ya?"

"Sa astaga mulut lo mau di bikin rusak sama Harris?"

"Udah udah, debat mulu enggak capek apa? Udah Na lo sekarang tidur dan lo balik. Gue juga mau balik."

—00—

Pintu utama basecamp terbuka pada pukul setengah satu dini hari. Haidar menghela napas lalu menutup pintu dengan perlahan kala matanya menangkap kepala Kanara yang menyender pada pada sofa. Dia mengunci pintu lantas melangkah dengan berhati-hati untuk memastikan apakah Kanara sudah tidur atau belum.

Televisi masih menyala dan menayangkan acara yang Haidar lupa namanya, akhirnya dia memilih memfokuskan diri pada Kanara

Haidar menarik senyum samar saat matanya menangkap Kanara yang tertidur pulas dengan posisi duduk. Dia melangkah mendekat, mencoba melepas berkas yang di peluk Kanara lalu menggendong gadis itu.

"Uhm, Haidar marah banget?"

Gumaman parau Kanara terdengar menusuk bagi Haidar. "Haidar marah padahal Na mau bantu." Haidar menatap Kanara sebentar, kenapa bisa sampai terbawa ke alam mimpi? Apa Haidar tadi bereaksi terlalu keras?

"Haidar marah sekali, Na merasa bersalah." Haidar meringis lalu menggeleng. "Jangan merasa bersalah." Bisiknya parau.

"Na salah ya?" Haidar spontan menggeleng meski tau Kanara tidak akan melihatnya menggeleng.

"Na buat kesalahan fatal lagi?" Lagi-lagi Haidar menggeleng lalu merebahkan tubuh Kanara di atas ranjang.

Haidar menarin senyum tipis, "bukan salah Na, gue aja yang pengecut. Maaf." Lelaki itu menarik selimut lalu menutupi tubuh Kanara dengan selimut sampai pundak.

Ceklek

"Udah?" Harris di depan pintu dengan muka bantal dan rambut acak-acakan bertanya dengan suara serak khas bangun tidur. Haidar membalik badan. "Udah."

Harris mendengus, "mau ikut gue nggak?" Haidar berdecak. "Ke club? Lo jangan makin narik gue ke jalan setan kek asu!"

"Ke rumah Candra, gue kepingin bogem mukanya." Harris menyibak rambutnya yang berantakan lalu melangkah mendekat pada Kanara yang tertidur pulas.

"Na, gue bogem saudara kembar lo boleh kan?"

"Haidar, nanti kalau Harris marah, tenangin ya." Gumaman Kanara terdengar rungu Harris. Cowok itu lantas tersenyum masam saat mendengar gumaman Kanara yang selanjutnya.

"Harris jangan marah ke Candra. Semua salah Na."

Tangan Harris mengepal. "Lo malah ngebuat gue makin pingin ngebunuh Candra Na." Cowok itu menutup mata sebentar lalu menarik napas panjang.

"Kalem lah Ris, besok-besok kita bantai. Fix?" Harris tersenyum miring disela helaan napasnya. Cowok itu bangkit lalu mendekat ke arah Haidar. Tangannya dia ulurkan.

"Fix!"

—00—

Tertanda,
Nalovzz

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang