Chapter 2: The Kiss Cam Bloke

4.9K 395 39
                                    

Sifra Williams

Saat hari pertandingan sudah tiba, aku pergi ke arena nya. Aku menonton seorang diri karena memang tidak ada orang lagi yang bisa menemaniku. Setidaknya di sini banyak orang. Meskipun aku tidak mengenal mereka.

Pukul 10, pertandingan ronde satu dimulai. Aku sebenarnya tidak terlalu menyukai pertandingan hockey, tapi aku mendukung Team GB. Aku bahkan tidak mengerti bagaimana penilaian skor untuk pertandingan hockey.

Jujur, menurutku hockey itu permainan yang aneh. Aku lebih suka bola dibandingkan hockey. I’m team Liverpool.

Aku mengambil ponselku dan merekam pertandingannya, lalu kumasukkan ke dalam story di Instagram-ku. Ya, namanya juga anak muda. Pasti semua hal harus diabadikan dan diunggah ke dalam sosial media.

Papa mengirim pesan padaku. Kau di River Bank?

Aku mengetikkan pesan balasan. Ya. Aku sedang menyaksikan pertandingan hockey nya.

Papa membalaskan, Beruntung sekali anak Papa ini. Papa bahkan sudah tiga pekan mencari tiketnya, tapi tidak dapat karena sudah sold out.

Aku membalas lagi. Tadinya ingin kuberikan pada Papa, tapi Papa di Dublin.

Ya, memang. Kalau begitu, selamat bersenang-senang hari ini. Kabari Papa jika Team GB menang.

Sure, Dad.

Kutaruh ponselku, lalu aku fokus pada permainannya. Kemudian, aku menoleh ke samping dan menemukan seorang pria bertubuh tegap, dada bidang dan tatapan mata yang tajam.

Oh, dia tampan sekali. Apakah dia seorang selebriti? Tapi kenapa aku tidak pernah melihatnya di televisi?

Dia begitu fokus menyaksikan pertandingannya sehingga dia tidak peduli. Kakinya disilangkan. Dia terlihat sangat elegan.

Aku memilih untuk mengalihkan pandanganku karena aku tidak ingin pria di sebelahku ini mengetahui bahwa aku baru saja memperhatikannya.

Dua puluh menit pertandingan telah berlalu. Kini waktunya untuk kiss cam.

Aku menyaksikan beberapa orang tersorot oleh kiss cam. Aku tidak tahu apakah mereka memang pasangan kekasih atau bukan.

Pasangan yang tersorot terus berganti, hingga akhirnya kamera sekarang mengarah padaku dan . . . si pria di sebelahku.

Aku terkejut. Oh fuck.

Si pria melihat ke kamera dan dia menaikkan alisnya. Kemudian, dia menoleh padaku. Semua orang di stadium ini berteriak untuk kami segera mencium satu sama lain.

Aku membeku di tempat. Ini sangat tidak bagus. Jantungku berdegup dengan sangat kencang.

Tapi si pria mendekatkan wajahnya dan dia menarik daguku, lalu bibir kami menyatu dengan sempurna. Dia menutup matanya dan menciumku dengan lembut.

For fucks sake, is this real? Aku mencium orang asing dalam kiss cam!

Saat ciumannya usai, dia melepaskan bibirnya dariku, lalu dia kembali pada posisinya semula dan kembali fokus pada pertandingannya. Dia bersikap seakan-akan tidak ada yang terjadi.

Oh, wow.

Jika dia begitu, maka aku juga akan seperti itu. Aku fokus pada pertandingannya lagi dan tidak mempedulikan si pria di sebelahku yang bahkan aku tidak tahu siapa namanya.

MY DOSEN, MY BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang