Sifra Williams
Untuk hari-hari berikutnya, Mr. Jeon tidak bicara apa pun padaku. Dia juga tidak mengirimiku pesan lagi. Tapi dia membalas surelku ketika aku mengirim tugasku padanya.
Aku tahu dia pasti marah. Ini salahku. Seharusnya aku mengatakan yang sejujurnya mengenai Taehyung. Ah, bahkan seharusnya aku jelaskan bahwa aku menjalin hubungan dengan Taehyung hanya untuk sementara.
Tapi permasalahannya, aku sudah berjanji pada Taehyung bahwa aku tidak akan pernah meninggalkannya.
Taehyung mulai bersikap normal layaknya kebanyakan orang. Aku tidak ingin jika dia kembali dingin dan kasar. Kepadaku, sifat Taehyung mulai berubah sedikit demi sedikit.
Sekarang ini, aku sedang sarapan bersama dengan Mama, Papa dan Eunwoo. Ya, Eunwoo sudah datang sejak tadi pagi karena Mama yang memanggilnya kemari untuk sarapan bersama.
Dan juga agar aku bisa berangkat dengan Eunwoo ke kampus.
Mama bertanya pada Eunwoo, “Setelah lulus kuliah, Eunwoo akan melamar pekerjaan di mana?”
“Belum tahu, Ma. Tapi Eunwoo bertemu dengan salah satu staff Netflix, dan mereka mengatakan ingin merekrut Eunwoo untuk menjadi aktor. Dan juga, ada staff Dior yang ingin Eunwoo audisi untuk menjadi model.”
Papa menepuk tangannya. “Hebat sekali. Memang kau sangat tampan, jadi tentu saja banyak brand ternama yang membutuhkanmu. Terima saja keduanya. Kau bisa jadi aktor dan model.”
“Iya, benar. Mama mendukung Eunwoo!”
Eunwoo menoleh padaku. “Eunwoo tergantung dengan Sifra, Ma.”
Aku menaikkan alisku. “Kenapa tergantung aku?”
“Ya . . . pekerjaan menjadi aktor atau model itu mengharuskanku untuk pergi ke luar kota atau ke luar negeri nantinya. Kalau aku terima, pasti kita akan jarang bertemu.”
“Lalu?”
“Apa kau tidak apa-apa aku menjadi aktor atau model?”
“Silahkan saja. Zaman ini sudah canggih. Teknologi di mana-mana. Ada video call, free call—kita bisa berkirim pesan.”
“Tapi tetap akan terasa berbeda.”
“Why?”
“I’ll miss you, of course.”
Aku mencubit pipinya. “Hei, tidak apa-apa. Kalau kau sudah menjadi aktor atau model yang terkenal dan sukses, kau bisa membelikan aku tiket pesawat untuk bertemu denganmu.”
Eunwoo melepaskan tanganku dari pipinya. “Aw, sakit.” Katanya. “But still, I will miss you. Sehari tidak bertemu kau saja aku sudah rindu.”
Mama dan Papa hanya memperhatikan kami saja.
Lalu Papa mengatakan, “Kalian menikah muda saja. Sudah cocok.”
“Huh? Aku menikah dengan Eunwoo? Itu tidak mungkin, Pa.”
Eunwoo mengerutkan keningnya. “Kenapa tidak mungkin?”
“Karena kau sahabatku dan kita akan terus bersahabat selamanya. Bukan begitu?”
“Benar. Lagipula, Pa, Sifra sudah punya kekasih.” Mama menambahkan.
Eunwoo dan Papa bertanya secara bersamaan. “SIAPA?”
“Ada. Kemarin Mama lihat Sifra diantar pulang dengan mobil Porsche silver.”
Tepat setelah Mama mengatakan itu, ponselku berdering. Nama Baby Taetae muncul di layarku. Dalam hati, aku berkata, “Speak of the devil.”