Jeon Jungkook
“Akh! Jungkook. Yes! Yes!”
Aku mempercepat pergerakanku, bahkan kali ini lebih cepat dan kasar. Aku tidak peduli apakah aku menyakitinya. Yang terpenting, aku ingin melampiaskan semuanya dengan seks.
Kucabut penisku, lalu aku memutar tubuhnya. Bokongnya di udara dan aku kembali memasukkan penisku, lebih dalam lagi kali ini.
Dia mendesah, namun tertutupi dengan bantal. “Oh fuck! Jungkook!”
Kuremas payudaranya juga sembari aku terus bergerak. Dia hanya pasrah saja membiarkanku untuk melakukan sesuka hatiku pada tubuhnya.
Saat akhirnya aku orgasme, aku baru bisa menarik nafas dan aku pun mencabut penisku sebelum kondomku penuh. Karena aku bergerak terlalu kasar tadi, jadi aku takut jika kondomnya akan hancur.
Tentunya, aku tidak mau membuat wanita hamil sekarang. Jadi aku mencari aman.
Kulepas kondomku dan aku membuangnya.
Kulihat wanita itu berbaring di ranjang sembari mencoba menarik nafas sebanyak-banyaknya. Tubuhnya dipenuhi dengan keringat. Well, aku juga, sih.
Wanita itu—entah siapa namanya—menepuk ranjang dan mengatakan, “I want to cuddle.”
Aku menggelengkan kepalaku. “Tidak, aku harus pergi sekarang.”
“Begitukah? Setelah kau puas meniduriku, maka kau akan pergi begitu saja?”
“This is just a one night stand.” Ujarku. “Kita sudah sepakat sebelumnya. Jadi, aku harus pergi.”
“Bermalam saja di sini. Saat pagi, kita bisa melakukan morning sex.”
Aku menolak. “Aku bisa masturbasi dengan tanganku nanti,”
“Tapi akan terasa berbeda—”
Aku tidak peduli dengan apa yang dikatakannya lagi. Aku segera memakai pakaianku, setelah itu aku pergi.
Selama empat bulan ini, aku terus melakukan random one night stand dengan siapa pun yang kutemui di pub. Hal itu kulakukan agar aku bisa melupakan Sifra dari benakku.
Dia pasti sudah bahagia dengan kekasihnya. Jika seperti itu, maka aku harus merelakannya.
Aku tidak ingin menghancurkan hubungan mereka berdua. Tapi aku tetap merasa sakit setiap kali aku melihatnya di kampus. Namun aku menahan semuanya, karena aku tetap ingin bersikap profesional sebagai dosennya.
Aku pergi ke convenience shop yang berada di dekat rumah Sifra. Meski sebenarnya aku tidak mau bertemu dengannya, tapi aku masih berharap bahwa dia ada di sana. Aku ingin melihat wajahnya, meski hanya dari kejauhan.
Sesampainya di sana, aku memasuki convenience shop nya dan membeli beberapa beer serta camilan.
Namun, secara tiba-tiba, aku melihat Sifra berada di kasir. Dia sedang membayar belanjaannya.
Jangan, Jungkook. Jangan menghampirinya.
Tapi hati dan logikaku tidak singkron sekarang, jadi aku melangkah mendekat padanya.
“Hai,” sapaku padanya.
Dia menoleh. Ketika melihatku, dia terkejut. “Oh, hai, Mr. Jeon. Ternyata Anda di sini juga.”
“Aku menemui temanku. Lalu aku ke sini, untuk membeli camilan dan beer.”
“Ah, I see.”
“Kau mau pulang?”