Chapter 10: The Boyfriend Is Me

2.3K 227 33
                                    

Sifra Williams

Aku baru saja selesai mandi. Saat aku memeriksa ponselku, ternyata ada pesan masuk dan Mr. Jeon yang mengirimkannya. Pesannya itu dikirim satu jam yang lalu.

Aku segera membalaskan pesan darinya itu dan meminta maaf padanya karena baru sempat melihat. Sedari tadi, aku memang mengerjakan tugas proposalku, lalu aku mandi.

Jungkook: Because I want to hear your voice.

Kubaca lagi pesan darinya itu. Dia ingin meneleponku karena dia ingin mendengar suaraku? Kenapa?

Padahal aku sudah mengatakan pada Taehyung bahwa malam ini aku akan meneleponnya. Tapi Mr. Jeon berkata demikian, aku merasa tidak enak untuk menolak.

Ya sudah, aku akan menelepon Taehyung nanti saja.

Sifra: Oh, okay. Boleh.

Dua detik kemudian, nama Mr. Jeon muncul di layarku. Dengan jantung yang berdegup kencang, aku mengangkat panggilan darinya.

“Halo?”

“Hai.” Ujarnya. “What are you doing?”

Aku menggigit bibirku, lalu aku menjawab. “Aku . . . sedang duduk.”

“Oh.”

“Kau sendiri sedang apa?” astaga, basic sekali pertanyaanku.

“Aku? Aku sedang memikirkanmu.”

Tunggu—apa katanya? Dia memikirkanku? Apa dia serius?

Aku pun bertanya. “Kenapa memikirkanku?”

“Karena kau cantik.”

Oh astaga. Kenapa dia bicara seperti ini?

Tapi, ya, kalau boleh jujur, entah kenapa aku senang.

Mr. Jeon yang kutemui di stadium itu jauh berbeda dengan Mr. Jeon yang menjadi dosenku di kampus. Mereka orang yang sama, namun sifat mereka berbeda.

Mr. Jeon yang di stadium itu lebih dingin, sedangkan Mr. Jeon yang sekarang sedang meneleponku itu sedikit flirty.

“Ah, maaf jika aku membuatmu tidak nyaman.” Katanya. “Aku terlalu frontal mengatakannya. So sorry.”

“Oh, tidak. Tidak apa-apa,”

“Sifra.”

“Ya?”

“Kau cantik sekali, tapi kenapa tidak punya kekasih?”

Ketika ditanya seperti itu, aku juga tidak tahu apa jawabannya. Mungkin karena aku belum tertarik untuk menjalin hubungan. Satu-satunya pria yang dekat denganku adalah Eunwoo dan kami sudah seperti adik dan kakak. So that doesn’t count.

Aku membasahi bibirku, “Entah. But you think I’m pretty?”

“Of course. You are so pretty, I can not take my eyes off you.” Mr. Jeon pun berdeham. “Oke, lupakan apa yang baru saja kukatakan tadi. Maksudku, ya, tentu kau cantik. Sangat cantik. Tapi aku harus tahu batasanku. Aku dosenmu dan kau muridku.”

“Ya, benar.”

“Jika ada waktu luang, maukah kau bertemu denganku di hari Minggu?”

Aku berpikir sejenak, mencoba mengingat apakah aku memiliki janji dengan seseorang di hari Minggu. Hm, sepertinya tidak ada.

“Sure.”

“YES!” terdengar teriakkan Mr. Jeon dari seberang sana. “I’ll pick you up at six thirty.”

MY DOSEN, MY BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang