Chapter 8: Boyfriend

2.9K 265 34
                                    

Sifra Williams

Saat di kelas, aku merasa bahwa Mr. Jeon terus menatapku. Tapi tatapannya itu terlalu tajam dan rahangnya mengeras. Bahkan ketika dia menjelaskan materi, atensinya diarahkan padaku.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi entah kenapa aku merasa bahwa Mr. Jeon marah padaku.

Hei, tapi aku salah apa? Aku tidak berbuat apa-apa. Well, itu hanya asumsiku saja, sih. Aku sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi padanya.

Laurens menoleh padaku, kemudian dia berbisik, “Kenapa Mr. Jeon melihat ke arahmu terus?”

Aku menggelengkan kepalaku. “I don’t know.”

“Tapi dia terlihat marah.”

Oh, jadi bukan hanya aku yang berpikir begitu. Laurens juga. Mr. Jeon terlihat sangat marah. Namun, yang membuatku bingung, kenapa dia melihatku seperti itu? Apa dia marah padaku?

Kukatakan pada Laurens, “Tidak tahu, sih. Tapi mungkin saja suasana hatinya sedang buruk.”

“Ah, tidak. Tadi pagi saat aku menemuinya di depan ruangannya, dia terlihat baik-baik saja.”

“Kau menemuinya di depan ruangannya?”

“Yep. Ada hal penting yang ingin kubicarakan dengannya.”

Entah kenapa, saat mengetahui bahwa Laurens menemui Mr. Jeon seperti itu, aku merasa kesal. Aku tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan.

Tapi aku yakin, pasti Laurens mencoba untuk menggoda Mr. Jeon. Dia sepertinya menyukai Pak Dosen tampan itu.

Ah, sudahlah, Sifra. Kenapa kau kesal? Biarkan saja Laurens berbuat sesuka hatinya. Itu bukan urusanmu.

But I can not lie. It bothers me so much.

Aku memilih diam dan tidak menggubris apa yang Laurens katakan lagi.

Beberapa menit kemudian, kelas berakhir. Aku ingin segera keluar dari sini dan menghubungi Eunwoo untuk menjemputku. Tapi, secara tiba-tiba, namaku dipanggil. “Ms. Williams,”

Aku menoleh pada sumber suara. Mr. Jeon. Seluruh murid menatapku. Termasuk Valerie dan Laurens. Aku membasahi bibirku, “Yes, Mr. Jeon?”

“Bisakah kau datang ke ruangan saya setelah ini?”

“Huh?” aku menjadi takut seketika. Sepertinya Mr. Jeon benar-benar marah padaku. Tapi—tunggu. Memangnya aku salah apa sehingga dia marah?

Well, mungkin dia tidak marah. Mungkin dia hanya ingin membicarakan sesuatu yang penting.

Mr. Jeon mengulangi kalimatnya. “Datang ke ruangan saya setelah ini. We need to talk.” Kemudian, Mr. Jeon pun keluar dari kelas.

Aku bingung. We need to talk. Apa maksudnya?

Laurens dan Valerie menghampiriku. Tatapan wajah mereka terlihat sangat khawatir. Terlebih lagi Valerie. Dia bahkan sampai bertanya, “Ada apa, ya? Kau tidak melakukan kesalahan apa pun, bukan?”

Aku menggelengkan kepalaku. “No. Well, I mean, I don’t know. Sepertinya aku tidak melakukan apa-apa.”

“Tapi Mr. Jeon terlihat marah. Apa kau akan dimarahi?”

“Entah. Guess I have to find out by myself.” Ujarku. “It’s okay. Kalian bisa pergi lebih dulu.”

“Aku dan Valerie ingin pergi ke Piccadilly, setelah itu ke Borough Market. Kau ikut?”

MY DOSEN, MY BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang