Chapter 13: Date Night

2.2K 222 54
                                    

Sifra Williams

Entah kenapa, aku seperti ketahuan berselingkuh sekarang saat Mr. Jeon menanyakan siapa Baby Taetae.

Aku tersenyum tipis, lalu kukatakan, “Oh, itu—ah, tapi untuk halaman selanjutnya apakah semua sudah benar, Mr. Jeon?”

Mr. Jeon menaikkan alisnya. “Aku belum mengecek di halaman selanjutnya, sih. Well, oke, aku cek dulu, ya.”

Beruntungnya aku Mr. Jeon akhirnya tidak membahas siapa Baby Taetae lagi dan kami fokus pada tugas proposalku.

Saat semua sudah selesai, Mr. Jeon mengatakan, “Setidaknya kini tersisa seribu enam ratus halaman lagi. Kirimkan saja melalui surelku, nanti aku periksa lagi.”

“Okay.” Ujarku. “Omong-omong, wah, sekarang sudah sore, ya. Tak terasa waktu berjalan dengan begitu cepat.”

Mr. Jeon mengangguk. “Well, iya.”

“Kau ingin makan atau minum? Maaf sekali aku tidak langsung menyediakan camilan untukmu. Kau pasti lelah dan kelaparan, ya?”

“Oh, not really.”

“Tunggu sebentar, ya. Aku buatkan bangers mash, kau mau?”

Mr. Jeon tersenyum, “Aku akan memakan apa saja yang kau buat.”

“Baiklah.”

Kami berdua keluar dari kamarku dan menuju ke dapur. Aku mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat bangers mash, lalu aku mempersiapkan peralatannya.

Kubuatkan bangers mash serta strawberry juice untuk Mr. Jeon.

Selagi memasak, rambutku terus menutupi wajahku karena aku tidak mengikatnya.

Secara tiba-tiba, aku merasakan tangan Mr. Jeon berada di rambutku dan hembusan nafasnya memenuhi leherku.

Aku menoleh dan mendapatinya sedang tersenyum padaku. “Aku ikat rambutmu, ya? Kelihatannya rambutmu sangat mengganggu.”

“O-oke.”

“Kecilkan api nya dulu.”

Kukecilkan api nya, lalu Mr. Jeon mulai mengikat rambutku dengan mengepangnya.

Entah kenapa, aku menjadi salah tingkah di hadapannya karena dia begitu dekat. Jantungku berdegup kencang, hembusan nafasnya membuat seluruh tubuhku merasakan keanehan.

Apakah aku horny karena Mr. Jeon?

Ey, tidak mungkin!

Sesudah dia mengepang rambutku, Mr. Jeon kembali pada posisinya semula.

Tak lama kemudian, makanannya sudah siap dan aku menyajikannya di meja makan untuk Mr. Jeon.

“Sifra,” panggilnya.

“Ya?”

“Apa kau ingat ciuman di stadium sewaktu itu?”

Tunggu—kenapa dia membahas ini sekarang? Kupikir dia lupa.

Aku tidak mengatakan apa pun, tapi aku mengangguk pelan. Mr. Jeon tersenyum, dan dia menatap bibirku. “Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu semenjak hari itu. Entah kenapa.”

Tapi dia bersikap sangat dingin padaku di stadium.

Mr. Jeon menghela nafasnya. “Kupikir kita tidak akan bertemu lagi. Tapi ternyata pertemuan kedua kita di luar ekspektasiku. Dan ketika aku tahu kau adalah muridku di kampus, aku sedih.”

MY DOSEN, MY BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang