Chapter 4: The Ice Prince

3.4K 345 31
                                    

Sifra Williams

Selama kelas berlangsung, Mr. Jeon sangat profesional. Dia berubah 180 derajat menjadi fokus dan serius. Beberapa dari murid di kelas bertanya mengenai materi yang diajarkannya.

Ada yang serius bertanya, ada juga yang hanya sekadar ingin menggoda saja. Tapi Mr. Jeon terlihat tidak mempedulikan mereka yang ingin bermain-main. Dia hanya fokus pada yang ingin serius belajar saja.

Laurens berbisik padaku, “Tidakkah kau sadari bahwa Mr. Jeon itu tampan sekali, Sifra? Dan dia juga tidak punya kekasih. Itu berarti, aku mempunyai kesempatan untuk mendekatinya. Right?”

Aku menggelengkan kepalaku. “Terserah kau saja. Jangan ganggu aku, aku sedang fokus.”

Laurens mendecak. “Ugh, kau ini. Seharusnya kau dukung aku untuk mendekati Mr. Jeon.”

“Laurens, stop. Aku sedang fokus!” kali ini Valerie yang mengatakannya. Dan akhirnya, Laurens pun berhenti berbicara.

Kami bertiga fokus untuk memperhatikan Mr. Jeon yang sedang menjelaskan. Kemudian, Mr. Jeon meminta kami untuk berdiskusi dengan teman yang ada dalam satu barisan, lalu membuat kesimpulan.

Sesekali aku mencuri pandangan pada Mr. Jeon. Dan tahukah kalian saat aku melihatnya, dia juga sedang melihatku!

Fuck. Jantungku semakin berdegup kencang. Ini tidak baik. Sepertinya aku harus berhenti dari kelas Mr. Jeon.

Tiga puluh lima menit kemudian, kelas berakhir. Semua murid segera keluar dari kelas dengan membawa barang-barang mereka.

Laurens menarik tangan Valerie, “Ayo, temani aku ke toilet. Sedari tadi aku sudah menahan untuk membuang air kecil. Val, temani aku!”

“Tunggu Sifra—”

“Tidak perlu. Sifra, kau menyusul kami di toilet, ya. Aku dan Valerie harus segera ke sana karena aku sudah tidak tahan.”

Aku mengangguk. “Ya sudah.”

Laurens dan Valerie pun meninggalkanku. Saat aku menoleh ke belakang, ternyata seluruh murid sudah keluar dari kelas.

Tersisa aku dan Mr. Jeon saja di sini.

Dengan begitu cepat, aku memasukkan alat tulisku. Aku harus segera keluar dari sini sekarang juga.

Karena semua sudah rapih, aku bangkit dari kursiku dan aku berjalan keluar dari kelas. Tapi, satu suara menghentikan langkahku. “Hey.”

Aku menoleh dan mendapati Mr. Jeon berada di belakangku.

Mr. Jeon berjalan mendekat padaku, lalu dia menyodorkan sesuatu. “Kau meninggalkan ini di atas meja.” Dia memberikan pensil padaku.

Tapi aku menggelengkan kepalaku. “It’s not mine.”

“Benarkah? Kalau begitu, pasti ini milik temanmu.”

Ya, benar. Itu memang pensil milik Laurens.

Aku mengangguk pelan. “Yes, itu punya temanku.”

“Then can you give this to her?”

“O-okay.” Aku mengambil pensil itu, lalu aku menggenggamnya dengan kuat. Setelah itu, aku keluar dari kelas tanpa mengatakan apa pun lagi.

Aku berlari secepat mungkin karena aku begitu gugup.

Karena aku terlalu cepat berlari, aku pun menabrak seseorang di hadapanku. Orang itu menahan tubuhku agar tidak jatuh.

Aku mendongak dan mendapati Kim Taehyung berada di hadapanku sekarang. Wajahnya terlihat begitu marah. Oh, tapi dia memang seperti itu setiap hari, sih.

MY DOSEN, MY BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang