Chapter 21: I'm Sorry

1.9K 192 53
                                    

Sifra Williams

Selagi aku mengetik, Mr. Jeon memperhatikanku. Jika aku salah, dia langsung memberitahuku. Sesekali dia mengatakan, “Jika kau menulis seperti ini, Apple tidak akan merekrutmu. Cari bahasa yang lebih dimengerti di perusahaan.”

Yang aku senang saat dibimbing olehnya adalah seperti ini. Dia tidak peduli dengan bagaimana perasaanku, tapi dia bicarakan faktanya. Itu bagus. Hal itu membuatku semakin semangat untuk mengejar cita-citaku.

Taehyung ada di ranjangku, dia duduk dengan tangan yang disilangkan di dadanya dan dia memperhatikan kami.

Jujur, aku merasa tidak enak pada Mr. Jeon. Pasti dia kesal pada Taehyung, tapi tidak bisa berbuat apa pun. Dan dia di sini juga hanya untuk membimbingku. Tidak lebih.

Ketika sudah selesai, Mr. Jeon menepuk tangannya. “Wah, bagus. Jika seperti ini, kau akan bisa menyelesaikannya sebelum deadline. Sekarang tersisa sembilan ratus halaman lagi,” katanya. “Kau kerjakan tiga puluh halaman dalam tiga jam setiap harinya, ya. Tapi kalau lelah, istirahat dulu. Jangan dipaksakan.”

Aku mengangguk. “Baiklah. Terima kasih, Mr. Jeon.”

“Sepertinya sudah selesai semua. Kirimkan ke surelku nanti, ya. Aku akan mengeceknya lagi.”

“Iya.”

“Ya sudah, kalau begitu, aku harus pulang.”

Aku berdiri, “Saya akan mengantar sampai ke luar.”

“No, Sifra, it’s okay—”

“Mari, Mr. Jeon.”

Mr. Jeon pun akhirnya mengangguk dan dia berdiri, lalu dia keluar dari kamarku.

Saat aku ingin keluar, Taehyung menahan lenganku. “Bilang padanya bahwa kau tidak butuh bimbingan lagi darinya.”

“Iya.”

“Bagus.”

Aku menyusul Mr. Jeon yang kini sedang berbincang dengan Mama dan Papa.

Mama menanyakan bagaimana diriku saat di kampus dan nilaiku. Mr. Jeon menjelaskan bahwa nilaiku stabil, tapi aku harus meningkatkannya lagi jika aku ingin lulus dengan cum laude.

Dan Mr. Jeon juga mengatakan hal yang baik mengenai diriku pada Mama dan Papa. Entah kenapa, aku senang. Meski sebenarnya aku tidak pernah melakukan hal buruk di kampus, tapi saat Mr. Jeon menjelaskan seperti itu, aku merasa bahwa dia benar-benar memperhatikanku sehingga tahu secara detail apa saja yang kulakukan.

Seusai berbincang dengan orang tuaku, Mr. Jeon keluar. Aku mengikutinya dari belakang.

“Kau pasti bisa mengejar cita-citamu untuk bekerja di Apple.” Katanya.

“Terima kasih sudah membantu, Mr. Jeon.” Ujarku. “Saya pikir, Anda tidak akan datang karena apa yang sudah terjadi semalam.”

“Well, awalnya iya. Aku tidak mau datang kemari dan bertemu denganmu. Tapi aku sudah berjanji. Lagipula, aku profesional.” Katanya. “But what’s the point of avoiding you? We met every day in campus.”

“Oh, iya. Benar juga,”

“Tadi kekasihmu memarahimu karena kedatanganku, ya?”

Aku mengangguk. “Ya. Dia tidak menyukai Anda, karena pekan lalu—”

“I know. Kalau aku jadi dia, aku akan melakukan hal yang sama, Sifra. Dia pasti takut aku akan merebutmu. That means, he really loves you.”

Aku semakin merasa bersalah. Entah bagaimana mengatakan pada Mr. Jeon bahwa Taehyung melarangku untuk dibimbing olehnya dan bertemu dengannya lagi.

MY DOSEN, MY BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang