"Can." panggil Feby.
"Kenapa?"
"Gue dapat kabar dari nyokapnya Raihan kalo dia kecelakaan pas pergi sekolah."
Cantika terkejut, "Serius?"
"Nyokapnya bakal anter surat izinnya. Lagi otw katanya."
Hening. Tidak ada sahutan dari Cantika. Feby menoleh ke samping, ternyata gadis itu sedang menelpon. Entah siapa.
"Ha-"
"Luka lo parah gak, Han?"
"Enggak kok, cu-"
"Apa aja yang luka? Kok bisa sampe kecelakaan?"
"Duh aku terharu yang kamu khawatir gini."
"Serius, Han."
"Nanti kalo tabungan gue cukup gue bakal serius kok. Doain aja."
Bukannya merasa lega, justru candaan Raihan semakin membuatnya panik.
"Han..."
"Woi setan! Lu buat Cantika nangis gue tambahin luka lo." Feby berteriak di ponsel Cantika. Membuat pemilik ponsel jadi sedikit terlonjak. Kemudian Feby ia mengambil ponsel itu dan menekan tombol speaker, tapi dengan volume yang tidak terlalu nyaring. Takut terdengar oleh teman sekelasnya.
"Loh? Lo nangis, Can? Gue gapapa seriusan, jangan khawatir banget dong. Jadi pengen meluk kan jadinya."
"Syaiton."
"Kalem dong, Feb. Ngegas mulu."
"Kenapa lo bisa kecelakaan?" tanya Cantika, menengahi perdebatan keduanya.
"Kurang hati-hati aja. Tiba-tiba ada yang nyalip, pas ngehindar malah nabrak orang lain."
"Orang yang lo tabrak gapapa?" gantian Feby yang bertanya
"Yeuu maimunah nanya orang lain. Dia gapapa, motornya sedikit lecet. Minta ganti rugi doang."
"Sekarang lo dimana?"
"Di rumah. Habis diobatin sama dokter. Gak parah kok lukanya."
"GWS ngab. Ntar gue sama yang lain jenguk."
"Onghe. Bawa makanan lur."
"Bye."
Feby mematikan sambungan telpon lebih dulu. Cantika tidak banyak bertanya. Ia hanya bengong mendengarkan percakapan Feby dan Raihan. Mungkin memang benar jika keadaan Raihan tidak apa-apa. Namun, namanya kecelakaan tetap saja kecelakaan. Dan Cantika sangat yakin jika pelakunya adalah peneror itu. Karena dengan nekatnya ia kembali menemui Rendi, apalagi sampai memeluk. Tapi harus bagaimana lagi, cowo itu sedang terpuruk. Sekarang saja belum masuk sekolah karena sakit.
"Kenapa, Can? Raihan gapapa kok."
"Ini semua gara-gara gue. Kemaren nekat datang ke rumah Rendi. Sekarang Raihan jadi korbannya. Gue harus apa?"
"Hey... ini bukan salah lo oke? Raihan udah bilang kan tadi kalo dia kurang hati-hati aja."
"Nggak. Ini salah gue. Gue bawa pengaruh buruk buat kalian," katanya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menyembunyikan tangisnya.
Cantika bingung harus bagaimana sekarang. Ia tidak bisa menjauh dengan Rendi sekarang, waktunya tidak tepat. Rendi masih berduka, masih membutuhkan support dari teman-temannya. Tapi jika tetap nekat Cantika takut teman-temannya yang tidak mempunyai masalah apapun dengan sang peneror akan menjadi korbannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantika Story | Eunha x Eunwoo ✔
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! "Jaket lo mana?" "Ada di tenda." "Kenapa gak pake?" "Lupa," Cantika hanya nyengir kuda yang membuat Rendi memutar bola matanya malas. Rendi langsung melepas jaket yang ia pakai. Kemudian ia berika kepada Cantika, "pake." "Loh? G...