• 12- Bantal •

380 56 0
                                    

"Barang lo ini aja?"

Cantika mengangguk, "iya."

"Kok lebih dikit dari gue?"

"Emang lo sebanyak apa?"

"Tas ransel, sama bawa tas jinjing satu ukuran sedang. Lo cuman bawa tas ransel doang sama totebag."

"Sama aja kok, gue juga bawa boneka nih," tangannya memperlihatkan boneka panda yang sedaritadi ia peluk.

Feby masih terheran. Mengapa barang bawaannya lebih banyak? Sedangkan Cantika hanya menggunakan satu tas ransel dan sebuah totebag berwarna hitam. Ia mencoba mengingat-ingat apa isi tasnya sampai sampai satu tas itu tidak cukup.

"Loh? Cowonya ngapain ngikut kesini? Gak langsung ke sekolah aja?" tanya Cantika bingung karena melihat Rendi dan yang lain sedang bercanda di samping mobil berwarna putih.

"Juna mau kita barengan dateng ke sekolahnya."

"Kakak lo mana?" lanjutnya sambil celingukan melihat ke arah rumah Cantika.

"Ada di dalem."

"Gue sama yang lain mau pamitan dulu."

Saat hendak ke dalam, Alex berjalan keluar ke arah mereka sambil membawa tumbler berisikan air mineral di tangan kanannya.

"Oiya, minumnya lupa." Cantika cengengesan dan segera menghampiri Alex.

"Dasar pikun," tangannya mengusak puncak kepala Cantika. "Hati-hati ya."

Cantika mengangguk lucu. Tangannya masih setia memeluk boneka pandanya erat. "Feby sama yang lain mau pamit katanya."

"Duluan ya, bang." Pamit Cantika disusul dengan yang lain.

"Iya, hati-hati ya. Lo pada yang cowo jagain cewe-cewenya."

"Siap," balas Juna dengan tangan yang ia letakkan di pelipis, posisi hormat. Disusul dengan yang lainnya.

Rendi dan yang lain mulai menaiki mobil putih Raihan. Cantika sebelumnya masih menatap Alex penuh arti, berharap Alex peka dengan arti tatapannya.

"Yaudah sini peluk dulu," kedua tangannya ia lebarkan, membuka ruang untuk Cantika agar bisa memeluknya.

Dengan cepat Cantika memeluk Alex erat yang dibalas juga dengan sang kakak. Alex juga mengecup puncak kepala Cantika dan berbisik, "hati-hati, jaga diri ya."

Dari dalam mobil, Rendi menatap kakak dan adik yang sedang berpelukan itu. Raihan menyikut pelan lengan Rendi.

"Kenapa? Lo mau pelukan gitu juga?"

Rendi langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, "gak."

"Halah, boong lo nyed."

Mereka semua terbahak melihat Rendi yang sangat nampak berbohong. Yang menjadi korban, tetap memasang tampang biasa saja. Padahal ia sudah malu setengah hidup.

🍁🍁🍁

Setelah semua kelas telah di absen, mereka menaiki bis mereka masing-masing. Tiap satu kelas, satu bis. Tempat duduk mereka tidak diatur, bebas. Yang terpenting mereka sudah di absen sebelumnya.

Cantika dan Feby duduk berdua di kursi tengah. Dari awal Cantika sudah meminta agar ia duduk di samping jendela, Feby mau-mau saja. Sedangkan di belakang mereka sudah ada Rendi dan Rama. Raihan dan Juna berada di belakang dua cowo itu. Jadi mereka tetap ingin duduk berdekatan dengan duduk satu baris.

Di perjalanan, semua murid kelas mereka bernyanyi diiringi dengan gitar milik Juna. Mulai dari lagu anak-anak, sampai lagu-lagu ambyar. Feby dan Cantika juga menikmatinya. Sesekali Cantika melahap jajanan kentang goreng yang sudah ia bawa. Ia juga menawari Feby.

Cantika Story | Eunha x Eunwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang