Seharian ini Cantika bersyukur tidak bertatap muka dengan Sonya dkk. Ia harap itu tidak akan terjadi sampai Leo pulang dari luar kota. Jika Leo datang, mereka akan berhenti bukan?
Cantika tidak menceritakan hal ini kepada siapa pun. Bahkan kepada teman yang sering bersama dirinya. Hal yang ia takutkan adalah jika mereka akan menjadi bahan bully juga. Cantika tidak ingin menyeret orang lain dalam masalahnya.
Tapi sepertinya dewi fortuna tidak berpihak padanya kali ini. Ternyata balasan tidak bertemu Sonya seharian sangat menyakitkan. Lebih dari yang lalu terjadi.
Saat jam pulang, ia tiba-tiba dipaksa mengikuti mereka yang entah kemana. Sialnya, hanya tersisa dirinya di kelas karena baru saja selesai melaksanakan piket.
Darimana mereka tau jika dirinya masih di dalam kelas?
Sampailah mereka di halaman belakang sekolah. Cantika langsung di dorong begitu saja sampai ia terjatuh.
Brukk
Kepalanya terhantuk meja yang sudah tidak layak pakai yang memang sengaja diletakkan disana. Mungkin petugas kebersihan lupa meletakkannya di gudang. Tangannya bergerak untuk menyentuh dahinya yang terasa perih.
Darah.
Cantika terkejut bukan main. Segitu keraskah kepalanya mengenai meja itu?
"Lo kemana aja seharian huh?!" Sonya melipat kedua tangannya di bawah dada. Menatap Cantika dengan angkuhnya.
"Mau kabur? Mau ngehindar? Lo gak bakal bisa hindarin gue. Stupid!"
Entah mengapa mulutnya susah sekali untuk berbicara walau hanya satu kata. Walaupun membela diri, Sonya tetap akan menyakitinya.
Langkah demi langkah Sonya mendekat ke arah Cantika. Ia membisikkan sesuatu di telinganya.
"Permainan dimulai, sayang."
Mendengar itu, seketika Cantika merinding. Menebak sesuatu yang buruk akan terjadi. Dilihatnya Sonya mengeluarkan gunting dari saku roknya.
Ia sudah berpikiran negatif. Masalahnya yang dipegang adalah benda tajam. Bisa saja Sonya menyakitinya dengan gunting karena kurang puas memperbudaknya hampir seminggu ini.
Perlahan Cantika mundur. Menyeret tubuhnya menjauh dari Sonya. Tentu saja ia tidak akan pasrah disakiti Sonya.
"Lo bedua, tahan dia supaya gak kemana mana." Dua orang di belakang Sonya pun mendekati Cantika dan memaksanya berdiri sambil memegangi kedua tangannya.
"Ka–kakak mau ngapain?"
"Diem aja lo, gausah banyak tanya."
Cantika terus memberontak agar tangannya terlepas dari kedua teman Sonya. Tetapi tetap saja tidak bisa.
Sampai akhirnya Sonya menarik rambut panjangnya dan mendekatkan guntingnya. Mata Cantika membulat. Sonya sudah gila!
"Kak jangan!" refleks Cantika berteriak yang membuat Sonya sedikit terperanjat. Sonya berdecak dan menampar keras pipi Cantika.
"Jangan teriak di depan gue bangs*t!"
Merasa Cantika sudah tidak melawan, ia kembali melanjutkan aksinya. Menarik sedikit demi sedikit rambut Cantika dan mengguntingnya asal.
Gadis malang itu hanya bisa tertunduk sambil menangis. Melihat rambutnya perlahan terjatuh ke tanah. Ia tidak bisa memberontak lagi. Takutnya benda tajam itu akan melukai lehernya sendiri.
"Gausah nangis elah, ini gue cuma mau rapiin rambutnya. Supaya Leo makin demen sama cewe centil kayak lo."
"Sebelah sini nih belum," orang yang berada di sebelah kanan Cantika sangat bersemangat memberi tau dimana posisi rambut Cantika yang belum terpotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantika Story | Eunha x Eunwoo ✔
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! "Jaket lo mana?" "Ada di tenda." "Kenapa gak pake?" "Lupa," Cantika hanya nyengir kuda yang membuat Rendi memutar bola matanya malas. Rendi langsung melepas jaket yang ia pakai. Kemudian ia berika kepada Cantika, "pake." "Loh? G...